Friday, 15 May 2015

Titan and Travelling: Bali itu keren ya

Bali itu memang keren. Semua yang mungkin dicari oleh petualang atau siapapun yang menginjakkan kakinya di sana, tersedia dan dikemas dengan cukup baik.
Budaya, keindahan alam dari dataran pantai, dataran tinggi, hingga alam bawah laut, serta makanannya benar-benar membuat banyak orang ketagihan untuk pergi ke Pulau Dewata ini. Termasuk Titan.

Ini adalah kunjungan pertamanya ke Bali. Begitu menginjakkan kaki di Bandara, wangi dupa yang dibakar menyergap penciumannya. Bau apa sih ini, Bu? Saya bilang, ini dupa. Dupa ini digunakan untuk berdoa umat Hindu yang ada di Bali (dan mulailah sedikit mengulang pengetahuan tentang agama-agama yang ada di Indonesia). Pemandangan sekitar Bandara Ngurah Rai yang juga khas dan berbeda dari semua bandara yang sudah pernah dia singgahi menarik perhatiannya (untuk Titan bandara terkeren saat ini masih Changi). Begitu sampai bandara, awaannya mau lari ke sana ke sini, melihat semua.

Hari pertama di Bali, Titan diajak berkenalan dengan seni. Mulai dari melukis keramik di Jenggala Ceramics sampai menyaksikan pertunjukkan tari di GWK dan diakhiri dengan menyaksikan pertunjukkan tari kecak saat sunset. Untuk Titan semuanya terasa luar biasa. Dia bilang berusaha bikin gambar spiderman di gelas keramiknya, tapi dia bingung membuat jaring laba-labanya. Dia senang lihat tari Topeng Monyer di GWK, sekalipun dia takut sekali kalau diajak ke panggung oleh penarinya. Menjelang pertunjukkan tari kecak, bolak balik dia bertanya tentang Ramayana (Mudah-mudahan kesampaian bawa dia lihat pertunjukan sendratari Ramayana di Prambanan): Kenapa Sinta diculik? Siapa itu Rahwana? Kenapa Rama tidak tolong Sinta, malah Hanoman yang tolong? Kenapa Hanoman dibakar? dan banyak pertanyaan lain. Di akhir pertunjukkan dia bertepuk tangan keras sekali. Awesome, katanya. Ah, you're right son. Its tottaly awesome!
Melukis keramik di Jenggala Ceramics

Tadaaaa...gelas kami sudah jadi

Pura Uluwatu



Sunset di Uluwatu

Asyik lihat tari kecak
Water Blow

Hari kedua kami berpetualang menikmati indahnya pemandangan di Bali. Mulai dari berenang di Padang Bai (menunggu saya diving) sampai main di Taman Air. Titan sudah mulai suka dengan laut sejak di Sabang. Dia nggak sabar ditemani turun ke air. Untunglah selama saya nyemplung ke bawah air dengan instrukturnya, dia ditemani berenang oleh salah satu pemandu juga. Bahagianya ketika saya naik ke permukaan mendengar teriakan, tawa renyah yang dipadu dengan hebohnya cerita nelan air saat berenang. Ah, dua mata berbinar dari wajahmu yang gosong tersengat matahari adalah pemandangan luar biasa untuk ibu, nak. Bahagia dia cerita kalau lihat ikan buanyaaaak banget. Ada yang kecil-kecil ada yang gede-gede. Kayaknya yang kecil ada kali seratus ribu, Bu... Hahahahaha kayaknya sih gak sampe segitu, Tan.
bahagianya yang nyemplung

Padang Bai



Bawah air di perairan Padang Bai (kalau nggak salah di Blue Lagoon) memang luar biasa. Dibandingkan dengan di Iboih Sabang, terumbu karangnya lebih banyak dan jenis ikannya juga banyak. Walaupun jika dari segi warna masih kalah cerah dibandingkan dengan Sabang. Air di perairan ini juga nggak seasin di Sabang. Tapi, satu hal yang membuat jengkel adalah karena banyak sampah PLASTIK. Ampun deh yang buang sampah. Padahal pantainya luar biasa cantik. Biru langit dan biru air membuat cakrawala nggak berbatas! Menurut Pak Putu (instrukturnya), sampah ini terbawa dari aliran sungai. Arrrggggghhh buang sampah koq di sungai...

Tulamben juga punya pemandangan yang nggak kalah keren. Katanya di sini juga banyak diving site yang keren, bahkan katanya lebih keren dibanding Padang Bai. Next time harus bisa ke sini lagi.

Di Taman Air, Titan bahagia karena bisa main berjalan nyebrangi kolam melewati titian batu. Kami yang lihat dibuat jantungan ketika dia melompati titian batu satu demi satu, kalau meleset ya judulnya akan basah kuyup. Di Taman Air juga dia bisa kasih makan ikan. Ikannya besar-besar sekali (nggak boleh ditangkap dan dikonsumsi) jadi tumbuh sampai besar sekali.


Hari ketiga kami melihat dunia burung di Bali Bird Park. Ah, senangnya dia melihat kakaktua yang ikut-ikutan berisik saat dia ajak bicara. Titan tang tadinya ketakutan difoto sama burung akhirnya malah minta difoto lagi. Walau ekspresinya tetap meringis kena cakar parrot, tapi dia bangga karena berani. I'm proud of you, son! Dia lihat cendrawasih yang berbulu cantik, rangkong yang punya paruh unik, dan pinky flamingos.



Dari Bali Bird Park kami ke Ubud dan makan siang di Bebek Tepi Sawah. Tempat dan suasananya enak banget. Makanannya pun lumayan enak. Seporsi Ayam bumbu terasi pun licin tandas masuk perut. Sehabis makan kami menuju TirtaEmpul. Tapi sayang, tempat ini tak seperti pertama saya ke sini dulu.
Belum puas rasanya menjelajahi Bali. Belum sampe ke rumah Titan sudah bilang: Bu, kita ke Bali lagi, yuk. Ah, doakan saja kita masih mendapat kesempatan untuk jalan-jalan ke sana lagi ya, Nak. Ibu ingin menjelajahi dunia bawah laut di sana bersama-sama. Be my diving mate, be my travel mate, sunshine.