Sebulan belakangan ini isi kepala dibombardir dengan kata kanker. Ya, it's horrible. Terlebih ketika itu menimpa orang terdekat saya. Sebulan lalu, tepat menjelang lebaran, ibu saya divonis kanker hati oleh dokter. Rupanya pembengkakan perut dan rasa mual yang bekepanjangan itu adalah salah satu gejalanya. Kaget? Tentu saja, bukan hanya kaget tapi juga bingung. Saya langsung terbayang rangkaian pengobatan yang menyebabkan rasa sangat tidak nyaman.
Dan sejak itu pencarian aneka obat herbal (karena ibu saya tidak mau dirawat di rs) akhirnya dimulai. Browsing kiri kanan, bertanya tanya, jalan ke sini ke sana hingga akhirnya saya menemukan herbal yang katanya cukup ampuh untuk membunuh sel kanker. Doa dan harapan kami panjatkan untuk kesembuhan Ibu, juga upaya untuk membesarkan hati dan menyemangatinya.
Pada awalnya it seems to work. Ibu saya terlihat membaik. Nafsu makannya baik, mau bercanda, bahkan mau diajak berjalan kaki di sekitar rumah. Hingga seminggu lalu, justru pada ulangtahunnya yang ke 62. Entah kenapa sepertinya beliau langsung drop, kehilangan semangat. Saya merasa bersalah karena tidak bisa merawat sepenuhnya mengingat seharian saya berada di kantor dan beliau ditinggal sendiri di rumah. Mungkin juga kesedihan karena tidak ada anak atau cucu yang menemaninya sehari hari membuatnya kehilangan semangat dengan cepat. Putra saya, satu-satunya cucu yang di sini berada di sekolah seharian. Paling embak yang bersih-bersih yang datang setiap menjelang sore atau ibu tetangga sebelah yang kadang menemaninya ngobrol . Yang bisa saya lakukan adalah menyiapkan segala keperluannya sebelum berangkat dan setelah kembali ke rumah agar beliau mudah menjangkau semuanya. Tapi, hanya sebatas itu yang bisa saya lakukan dengan segala keterbatasan saya.
Sangat berbeda kondisinya dengan salah satu kolega saya di kantor lama yang baru-baru ini juga divonis kanker paru stadium 4. Usia medisnya hanya diperkirakan 6 bulan saja. Ketika saya akan menjenguk beliau, yang saya bayangkan adalah kondisi yang sama dengan ibu saya, Tapi saya salah besar. Yang saya lihat adalah orang tegar yang sangat yakin kalau penyakitnya akan sembuh. Begitu tenang dan begitu damai. Pasrah menyerahkan hasil usahanya pada Allah, tapi tak henti berupaya.
Jujur saya tertohok, Saya orang yang sangat yakin kalau sikap positif dapat mengeluarkan orang dari kubangan luka hati, dari kesedihan, bahkan dari kesakitan. Saya mengalaminya sendiri, menjalaninya sendiri. Tanpa sikap positif itu, tentu saya sudah terpuruk seperti zombie saat saya kehilangan banyak hal dalam kehidupan saya.
Saya berupaya membesarkan hati ibu, memintanya agar lebih banyak berdoa dan beristigfar, tapi sepertinya nggak berhasil. Saya tahu sakitnya sudah parah, tapi saya selalu yakin jika Allah menginginkan kesembuhan tentu itu akan terjadi.
I know that pain is only demand to be felt.
Saat ini saya sudah berada dalam titik pasrah. Upaya itu tetap akan saya jalankan, harapan itu tetap akan saya pupuk. Tapi, jika Allah menentukan lain, saya bersiap untuk iklas. Ya Allah, jika Engkau menghendaki lain, dan aku yakin kehendakMu yang terbaik, tetapkanlah agar ibu kembali padaMu dalam keadaan khusnul khotimah yang dijanjikan surgamu, ya Allah.