Sunday, 3 January 2016

Perjalanan Mengisi Baterai Jiwa

Alhamdulillah,  Akhirnya rencana Umrah akhir tahun lalu bisa direalisasikan. Rasanya semuanya begitu mudah dari persiapan sampai pembiayaan. Walaupun begitu, sebelum berangkat rasanya dag dig dug. Berbagai perasaan campur aduk. Takut ini dan itu.

Tanggal 23 Desember dini hari saya dan Titan mulai bersiap untuk ke Bandara Soeta. Sampai di Bandara, belum bertemu seluruh rombongan. Dari travel yang kami ikuti, sebagian besar jemaah berangkat dari Semarang, sehingga hanya kami bertiga (saya, Titan, dan satu bapak yang bersama kami berangkat dari Jakarta). Kami akan bertemu rombongan semarang di KLIA.

Perjalanan ke KLIA berlangsung lancar. Titan tenang dan excited, sementara saya sendiri masih saja dag dig dug. Banyak sekali yang saya kuatirkan dan pikirkan.
Ternyata kami landing lebih cepat dari jadual sementara rombongan Semarang mendarat terlambat. Akhirnya kami menunggu rombongan dulu, dan baru bertemu di gate keberangkatan. Rombongan kami ada 13, 14 dengan tour leader. Anggota rombongan semuanya sudah sepuh. Kami adalah anggota termuda. Dari KLIA kami melanjutkan penerbangan ke Jeddah. Alhamdulillah, untuk perjalanan menuju Jeddah kami mendapatkan kelas bisnis. Paling tidak lamanya perjalanan tidak akan terlalu terasa mengingat kami bisa duduk dan istirahat lebih nyaman. Titan begitu bahagia karena bisa tidur tanpa ketekuk tekuk.

Yang bahagia menikmati penerbangan ke Jeddah

9 jam perjalanan kami tempuh, sampai di Jeddah pukul 21.30 waktu Arab Saudi, dan ujian pertamapun dimulai. Pelayanan imigrasi di Jeddah luar biasa menuntut kesabaran tingkat dewa. Untuk mendapat cap paspor dan cek sidik jari, saya dan Titan harus menunggu selama 3 jam (padahal antrian sampai ke kami hanya sekitar 15 orang). Hampir tengah malam baru kami lepas dari imigrasi. Lepas dari imigrasi kami langsung berganti pakaian Ihram karena akan langsung umrah. Setelah Shalat Sunah Ihram kami menuju Mekkah. Perjalanan Jedah-Mekkah selama 1 jam kami lalui setengah tidur sambil menggumamkan doa..

Antrian menunggu proses imigrasi
Pukul 1 pagi kami tiba di Mekkah. Suasana ramai sekali, rasanya bukan seperti tengah malam. Ratusan mungkin ribuan jamaah masih memadati sekitar Masjidil Haram. Ah, rasanya luar biasa bisa berada di sini. Setelah bersiap memperbarui Wudu kami menuju Masjid. Jalan kaki dari hotel ke Masjid nggak sampai 10 menit. Di dalam masjid suasana begitu ramai, dan suasana Masjid begitu mendamaikan. Hingga kami tiba di Mataf (area Tawaf). Begitu memandang Ka'bah untuk pertama kalinya ada perasaan yang nggak bisa diceritakan dengan kata. Tenggorokan rasanya tersekat. We made it to Baitullah. betapa besar rasa syukur yang ingin saya katakan, namun rasanya bibir tak mampu ucapkan apapun.

Dini hari kami memulai Tawaf, putaran demi putaran, dilanjutkan dengan Sai antara Safa dan Marwah. Ah, betapa kecilnya kami dibandingkan dengan kuasaMu, ya Rabb. Betapa lemah kami di antara ribuan manusia yang bersama mengelilingi Ka'bah seperti Bumi dan Tata Surya yang bergerak dengan teratur sesuai aturanMu melafalkan doa dan pujian untukMu, ya Rabb. Betapa saya membayangkan Siti Hajar yang berlari antara Safa dan Marwah untuk mencarikan air bagi Ismail. Ketika umrah diakhiri dengan Tahalul, dilanjutkan dengan shalat di depan Ka'bah ada rasa bahagia yang begitu membuncah. Terimalah ibadah kami ya Rabb. Dan pertama kalinya dalam hidup saya shalat benar-benar di muka Ka'bah. Alhamdulillah....
Titan saat Sa'i

Bertahalul
Sesaat setelah Umrah


Subuh itu kami tetap di Masjid menunggu waktu Subuh tiba. Titan yang kelelahan tertidur lelap di pangkuan saya. Saat pertama kali mendengarkan azan subuh berkumandang di Masjidil Haram, aduh rasanya damai sekali. Kuping dan hati saya seperti dimanjakan dengan alunan lagu paling indah sedunia. Ya Allah perkenankan kami menikmati ini lagi dan lagi dan lagi...

Di dalam Masjidil Haram tersedia air zamzam untuk seluruh jamaah. Air zamzam ditempatkan dalam galon-galon di seantero masjid, sehingga siapapun yang merasa haus bisa melepas dahaga. Bahkan banyak jamaah yang membawa botol atau galon kecil yang diisi zamzam untuk dibawa entah ke rumah atau ke hotel. Ah, luar biasa rasanya menikmati segarnya zamzam di sini.
Air zamzam tersedia dalam versi dingin dan biasa di seantero Masjidil Haram untuk seluruh Jamaah

Selesai shalat Subuh kami kembali ke hotel untuk sarapan dan istirahat. Hingga menjelang Zuhur kami stay di hotel. Selama 2 hari berikutnya kami lebih banyak menghabiskan waktu di hotel dan Masjid. Indahnya....rasanya hidup nggak diburu-buru, tenang.
Waktu kami di Mekkah bertepatan dengan Maulid Nabi Muhammad SAW dan hari Jum'at. Sehingga Masjid penuh luar biasa, hingga untuk shalat Jumat kami terpaksa shalat di pelataran Masjid. Sekalipun panasnya menyengat luar biasa, namun perasaan hati tetap nggak bisa ditukar dengan apapun.


Menunggu Jumatan di pelataran Masjidil Haram

Salah satu harapan saya ketika umrah adalah mendapat kesempatan berdoa di Multazam. Kesempatan itu kami peroleh pukul 3 pagi. Saya bersama Titan dan tour leader ke Masjid jam 3 pagi. Saat itu lebih lengang dibandingkan dengan siang atau malam hari. Alhamdulillah kami berhasil shalat di Multazam bahkan mencium Hajar Aswad. Ada rasa yang nggak bisa dilukiskan. Kalau kata Titan: pas tangan Titan megang Ka'bah itu rasanya tenang sekali....Ah, kamu mengungkapkannya dengan baik, anakku. Alhamdulillah.

Sabtu pagi kami mengikuti Mekkah City Tour, kami ke Jabal Rahmah, Jabal Nur dan Ji'ranah mengambil Miqat kedua. Seusai Zuhur kami kembali melaksanakan Umrah kedua. Alhamdulillah kesampaian juga mengumrahkan Mamah (sementara Titan bertekad mengumrahkan kakeknya). Sayang memang nggak kesampaian ajak Mamah umrah karena beliau keburu meninggal.

Semoga kelak kamu bisa menghafal dan mengamalkan Qur'an sebagaimana para Imam di Masjidil Haram ya, nak...
Jabal Rahmah
Jabal Nur


Selepas umrah kedua, Titan bersenang-senang mengejar-ngejar burung merpati yang ada di perjalanan antara masjid dan hotel. Masih dengan pakaian ihramnya yang sudah acak-acakan dia bahagia sekali berlarian di antara merpati.

Bahagia mengejar ngejar merpati


Minggu pagi kami memutuskan ambil tambahan tour mengunjungi Museum Ka'bah dan peternakan unta di Hudaibiah. Ternyata banyak sekali hal menarik di Museum Ka'bah. Lengkap sudah, bukan hanya jiwa yang diisi tapi juga tambahan pengetahuan. Kami juga sempat melewati masjid yang jadi tempat Perjanjian Hudaibiah antara kaum muslimin dengan kaum kafir Quraisy. Di peternakan unta kami sempat mencicipi susu unta yang rasanya asin seperti santan. Menurut beberapa artikel yang saya baca, susu unta ini nomor dua terbaik setelah asi. Kandungan asam amino dan proteinnya paling tinggi dibandingkan susu kambing apalagi susu sapi. Kolesterolnya pun paling rendah.

Museum Arsitektur Masjid

Peternakan Unta


Hari Senin pagi kami Tawaf Wada menjelang keberangkatan kami ke Madinah. Rasanya begitu berat hati meninggalkan Masjidil Haram, yang walaupun penuh berdesakan tapi selalu memberikan perasaan damai. Perkenankan kami kembali kemari suatu hari nanti ya Rabb...

Perjalanan ke Madinah kami tempuh dengan bis. Selama 6 jam di jalan lurus yang diapit bukit dan gurun. Tak terbayangkan ketika Rasulullah hijrah ke Madinah, menempuh perjalanan selama 8 hari untuk menyebarkan Islam dan menghindari kaum Kafir Quraisy di Makkah.

Menjelang maghrib kami tiba di Madinah. Kami menuju Masjid Nabawi walaupun sudah terlambat untuk shalat berjamaah. Masjid Nabawi lebih modern dibandingkan dengan Masjidil Haram. Pintu masuk jamaah wanita sudah dibedakan dengan jamaah pria sehingga tidak kuatir diusir askar seperti di Makkah.


Kegiatan yang dilakukan selama di Madinah hampir sama dengan saat di Mekkah, Alhamdulillah kami bisa shalat dan memanjatkan doa di Rawdah. Hingga tiba saatnya kami kembali ke tanah air. Betapa besar perasaan syukur kami bisa mengunjungi Baitullah. Untuk kami perjalanan ini bukan hanya perjalanan biasa, tapi sebuah perjalanan untuk mengisi kosong jiwa kami. Perjalanan yang kami harapkan akan menjadikan kami manusia yang lebih baik dibandingkan sebelumnya. Perjalanan ini kami harapkan bukan menjadi perjalanan yang terakhir dan satu-satunya ke Baitullah. Doa kami adalah agar kami dapat kembali lagi menjadi tamu Allah di Baitullah. Perkenankanlah doa kami, ya Rabb.

On the flight back home