Enggak pernah kepikiran sama sekali harus kembali mencari sekolah untuk Titan dalam waktu dua tahun.
Beberapa bulan lalu tiba-tiba diminta untuk pindah tugas. Pindah tugas ke hometown sebenarnya, jadi tentunya akan menyenangkan. Namun, begitu tawaran itu datang langsung berkelebatan di kepala berbagai hal yang harus dibereskan. Salah satunya, sekolah Titan. Ya, pindah tugas ini kemungkinannya adalah for good (dan saya memang niatkan begitu), toh memang sebelumnya sudah berpikir kelak saat SMP atau SMA Titan di kota ini saja, mengingat pilihan sekolahnya lebih banyak dan bagus.
Hal pertama yang saya lakukan saat mendapat tawaran itu adalah survey ke teman-teman lama. Untungnya langsung dapat sederetan rekomendasi sekolah-sekolah Islam terpadu. Saya memang mencari sekolah yang setara dengan sekolahnya Titan saat ini, supaya adaptasinya enggak terlalu berat dan kegiatan pembelajarannya juga enggak terlalu jomplang. Usai dapat rekomendasi segera saya browsing untuk melihat secara lebih detail (pertimbangan saya adalah kurikulum, muatan agama, fasilitas sekolah, jarak, dan tentu saja biaya). Sebagian besar sekolah yang direkomendasikan berada di wilayah Timur. Lumayan jauh dari kantor. Saya mencoba telpon ke sekolah-sekolah tersebut. Dan betapa pusingnya saya ketika 4 dari 5 sekolah yang ditelpon menyatakan tidak ada kuota untuk siswa pindahan kelas 3. Sementara sekolah yang masih ada kuota belum ada jadual untuk test.
Akhirnya saya googling lagi, kali ini pindah ke arah utara. Alhamdulillah dapat satu yang sepertinya mirip dengan sekolah Titan sekarang. Langsung saja saya hubungi dan dua minggu kemudian saya mendapatkan jadual untuk test akademik, psikotest dan wawancara.
Di hari yang sudah ditentukan kami meluncur menuju lokasi test. Untungnya lalulintas cukup bersahabat sehingga kami bisa tiba tepat waktu dan bahkan Titan dibolehkan sarapan dulu sebelum test. Hari ini dia harus menjalani psikotest di salah satu biro psikotest. Selama 2 jam Titan test, saya bisa nunggu sambil ngupi2 dan sarapan. Selesai test Titan saya antarkan ke rumah seorang teman lama sementara saya menyelesaikan urusan kantor.
Keesokan harinya Titan masih harus tes akademik. Dia diminta mengerjakan soal-soal UTS siswa di sekolah tersebut. Nyaris 3 jam dia menyelesaikan soal yang diberikan sementara saya juga diwawancara oleh pihak sekolah. Saat itu saya baru tahu kalau kuota yang tersedia hanya 1 sementara yang mendaftar ada 3 siswa, waduuhhh...
Tapi memang Allah mahaBaik. Sepuluh hari kemudian hasil testnya muncul dan Titan diterima. Sementara itu ternyata kantor direncanakan pindah ke arah utara sehingga jarak dengan sekolah jadi enggak jauh. Alhamdulillah. Titan senang sekali diterima di situ, rupanya dia suka dengan sekolahnya. Kata Titan gurunya ramah, lingkungan sekolahnya juga asik katanya. Setelah dapat kepastian diterima saya segera mengurus surat pindah. Congrats ya sayangnya Ibu. You've made it. You've done a great job. Dan panggilan test yang akhirnya muncul dari sekolah yang satunya lagi akhirnya saya tolak, karena selain sudah diterima, lokasinya juga jauh dari kantor dan (pastinya rumah). Ah, rejeki buat anak pindahan lain yang mendaftar ke sana.
Mengurus surat pindah sekolah ternyata enggak terlalu lama, hanya saja harus bolak balik gara-gara pejabat yang harus tandatangan enggak ada di tempat, plus di dinas kota saya dilayani oleh trainee yang minta ampun deh kayak enggak diajari tata krama sama sekali.
Pertama saya ke sekolah lama minta surat keterangan pindah sekolah sembari melampirkan surat keterangan diterima di sekolah baru. Dari sekolah saya ke UPT Kecamatan tempat sekolah lama berada. Ke sini saya terpaksa bolak balik karena pejabat yang harus tandatangan sedang ke luar kantor. Tapi, keesokan harinya surat sudah bisa diambil dan GRATIS.
Dari UPT Kecamatan saya ke Dinas Kota (karena kami akan pindah kota namun masih di provinsi yang sama). Di Dinas Kota sebenarnya mudah (dan juga gratis), namun saya sempat jengkel gara-gara dilayani oleh anak magang yang tatakramanya harus diajari lagi. Kalau mereka masih bingung saya paham, namanya juga anak PKL. Tapi, yang saya sebal adalah ketika dia menyodorkan form yang harus saya isi dan tandatangan tanpa ba bi bu melewati kepala dan langsung disodorkan depan hidung saya. Kedua, dia memberikan buku tamu dengan data yang salah tapi saya harus tandatangan (dia bilang enggak apa2 salah juga). Loh, ini anak bener2 deh, apa sekolahnya tidak memberikan pembekalan mengenai sikap juga SOP di tempat magang ya? Kalau mereka jadi pejabat kayak mana kelakuannya kalau modelnya begini. Aduh, Dik..belajar sopan lagi ya, supaya kelak jadi pejabat yang santun.
Setelah sedikit kesebalan di dinas pendidikan kota akhirnya itu surat pindah selesai juga. Alhamdulillah, sudah resmi kamu pindah sekolah, Nak. Semoga berkah ya. Tinggal menunggu UKK dan SK ibu turun, kita akan segera pindah ke tempat baru. Bismillahirahmannirrahiim....
Monday, 19 June 2017
Tuesday, 13 June 2017
Hujan di Bulan Juni

Tak ada yang lebih tabah
dari hujan di bulan Juni
dirahasiakannya titik rindunya
kepada pohon berbunga itu
tak ada yang lebih bijak
dari hujan di bulan Juni
dihapusnya jejak-jejak kakinya
yang ragu-ragu di jalan itu
tak ada yang lebih arif
dari hujan di bulan Juni
dibiarkannya yang tak terucapkan
diserap akar pohon bunga itu
Hujan Bulan Juni
Sapardi Djoko Damono
photo courtesy of shutterstock
Subscribe to:
Posts (Atom)