Monday, 30 October 2017

5 Hari 7 Bandara 3 (+2) Kota itu Lemas

Awal Oktober ini saya ditugaskan untuk ke Kalimantan. Jadualnya luar biasa padat, bukan hanya mengunjungi satu, namun sekaligus 3 kota dalam waktu 5 hari! Jujur saya awalnya ragu apa iya akan sanggup nih wara-wiri pindah kota dalam waktu singkat terlebih penerbangan untuk pindah kota harus transit ke Pulau Jawa.

Kalimantan ini pulau yang menarik. Dulu image saya tentang Kalimantan adalah hutan..hutan..dan hutan... Namun, saya salah. Setelah beberapa kali datang ke Kalimantan ada banyak hal menarik yang bisa saya dapatkan saat saya mengunjungi Kalimantan, sekalipun waktu saya untuk jalan-jalan amat sangat terbatas.

Senin pagi saya, bersama seorang senior yang saya anggap seperti abang saya sendiri, berangkat menuju Balikpapan. Sebelumnya saya sudah 3x mengunjungi Balikpapan, bahkan sempat mengunjungi Penangkaran Buaya di sana beberapa tahun lalu. This time, jadual kami luar biasa padat.
Penerbangan pagi itu tepat waktu dan kami tiba di Balikpapan menjelang siang. Dari bandara kami langsung menuju kantor untuk memulai pekerjaan. Menjelang senja  kami baru diantar ke hotel.
Lokasi hotel tempat kami menginap cukup strategis. Setelah cek materi plus menyiapkan perlengkapan untuk esok hari kelar, kami pergi makan. Niatnya makan kepiting kenari yang terkenal itu. Berdasarkan informasi dari resepsionis hotel, kami memutuskan untuk makan di Ocean. Lokasinya sekitar 1km dari hotel, jadi kami putuskan untuk jalan kaki biar sekalian olahraga.

Tempat makannya enak banget, tepat di tepi laut. Sayang memang karena sudah agak gelap jadinya enggak keliatan lautnya. Namun, makan ditemani suara debur ombak itu enak banget. Dan saking enaknya, maka pesanan kami pun enggak kira-kira banyaknya (antara lapar dan kalap memang bedanya tipis banget).

 


Selesai mengobrak abrik kepiting dan ikan kami lanjut mencari warung kopi. Setelah berputar-putar jalan kaki (modalnya hanya GPS), kami dapat juga satu kedai kopi kecil. Tempatnya nyempil tapi lumayan enak dan nyaman. Setelah keringatan maka satu-satunya yang saya ingin adalah menyesap ice americano. Dan memang ice americano dengan biji kopi Gayo itu rasanya juara. Jempol deh buat baristanya yang ramah dan jago ngeracik kopi.

Habis ngopi kami melanjutkan jalan kaki menuju hotel, dan masalah mulai muncul. Rupanya entah karena kondisi drop atau memang saya enggak tahan makan kepiting sebanyak itu, saya mulai gatal-gatal. Lumayan juga jalan kaki sambil menahan gatal. Saya pikir ini akan bisa diatasi dengan loratadine yang saya bawa sehingga saya memutuskan buru-buru kembali ke hotel. Sampai di hotel ternyata makin gatal sehingga terpaksa mencari incidal (terima kasih yang mencarikan incidal). Namun, rupanya obatnya bekerja sangat lambat. Hasilnya adalah incidal saya makan dan saya bangun dengan kepala pening di pagi hari (sepertinya itu obat berantem sama kopi dan kantuknya baru muncul menjelang pagi hahahaha). Hari itu setelah presentasi rasanya pengen gejubrak aja tidur.

Sayangnya lagi itu hanya cita-cita mengingat perjalanan masih sangat jauh. Selesai kasih materi tanpa makan siang kami buru-buru ke bandara lagi. Kami harus pindah kota ke Pontianak melalui Surabaya. Sampai di bandara barulah kami sempat nyemil2 di lounge. Transit di Surabaya agak lama karena juga sempat delay. Kami tiba di Pontianak menjelang malam dan disambut hujan yang lumayan lebat.
Beruntung kami menginap di area Gajah Mada, di mana warung kopi ada di sepanjang jalan. Tempat ngopi tepat berada di seberang hotel. Berhubung enggak sempat dapat proper lunch, kami memutuskan cari makan setelah check in. Di Pontianak tentu harus makan kuetiaw goreng sapi. Dan Apolo adalah tempat yang pas. Kuetiaw goreng sapi yang meruap panas plus jeruk murni hangat (dari perasan jeruk ponti), memang bisa mengubah mood yang tadinya udah turun jadi membaik.



Sehabis makan kami lanjut menikmati kopi tubruk di salah satu warung kopi yang tersebar di sepanjang Gajah Mada. Kagetnya saya mendapatkan segelas kopi hitam yang ruarrr biasa pahit hahahaha. Pekatnya minta ampun. Bahkan sepotong pisang goreng yang diolesi selai kaya tidak sanggup menghilangkan pahitnya itu kopi.


Hujan masih turun saat kami kembali berjalan kaki ke hotel. Masalah baru muncul, baru saja masuk kamar tiba-tiba listrik padam. Gelap gulita, posisi handphone jauh, di tempat asing, dan sendiri membuat saya seperti membeku. Saya beranikan diri buka pintu, namun suasana gelap gulita di lorong hotel buat saya tambah takut, terlebih ketika saya masuk banyak sekali kaum adam di lorong hotel (sepertinya ada rombongan perusahaan yang meeting di sini). Akhirnya saya mematung memegangi pintu hingga generator menyala membackup listrik. Rasanya mau mati beku karena takutnya. Saya rasa itu semenit terlama dalam hidup saya. Begitu generator menyala saya buru-buru cari telepon dan ternyata Abang senior sempat terjebak di lift hotel. Bah! Masuk hotel koq seram begini.
Dan malam itu saya dag dig dug melulu, terlebih listrik mati sampai 2x dalam jangka waktu yang enggak terlalu jauh. Udah ngeri aja kalau tengah malam aliran listrik padam lagi. Minta ampun deeeh.

Pagi itu, kembali kami menyampaikan materi di kantor dan langsung ke bandara (lagi). This time transit di Jakarta untuk penerbangan lanjutan besok ke Banjarmasin. Penerbangan ke Jakarta lumayan on time dan kami tiba di Soeta sudah malam. Malam itu kami menginap di salah satu hotel bandara supaya dekat, mengingat besok subuh sudah harus terbang ke Banjarmasin. Sebelum ke hotel kami makan malam di salah satu resto cepat saji Bandara. Yang penting makan deh. Abis itu baru ke hotel. Abisan mandi kami sempat ngupi-ngupi di lounge hotel.
Hanya 3 jam kami tidur, jam 04.00 pagi kami sudah bertemu di tempat sarapan. Bah! Berasa makan sahur. Akhirnya yang sanggup masuk hanya kopi dan beberapa potong buah saja. Setelah itu kami sudah harus berangkat ke bandara.
Hampir pukul 8 pagi kami tiba di Banjarmasin. Kami langsung menuju kantor untuk menyampaikan materi hingga senja menjelang, baru kami diantar ke hotel.
Hujan turun di Banjarmasin sore itu. Berhubung perut lapar, kami memutuskan mencari soto banjar. Sayang memang soto banjar Pak Amat yang kami incar sudah habis, persis sesaat sebelum kami tiba. Akhirnya kami makan di tempat lain. Masih di tepi Sungai Martapura. Sotonya biasa saja, tapi suasana menjelang senja di tepi sungai itu rasanya damai banget. Mentari sudah merebah, yang terdengar hanya suara burung-burung yang akan kembali ke peraduan ditimpali suara obrolan beberapa pengunjung di warung soto dan sesekali ditimpali suara perahu klotok. Ah, kalau sudah begini rasanya enggak pengen beranjak deh. Kalau saja belum gelap pengennya masih duduk di sini. Damai banget.



Banjarmasin termasuk kota yang saya suka. Ketika pertama kali tugas ke kota ini saya sempat mampir di Martapura dan pasar apung. Sayangnya kunjungan kali ini tidak memungkinkan. Waktu yang sangat terbatas membuat kami tidak bisa menikmati suasana kota. Namun demikian, subuh sebelum ke bandara kami sempat berjalan kaki ke Siring (itu pusat Kota Banjarmasin). Jaraknya hanya 700 meter dari hotel. Siring pada akhir minggu adalah salah satu pusat keramaian Banjarmasin. Biasanya ada pasar terapung di akhir minggu. Jadi, kalau tidak sempat ke Lok Baintan bisa menikmati suasana pasar terapung di sini. Sayangnya, saat kami di sana belum weekend, jadi kami hanya berjalan menyusuri Sungai Martapura. Beruntungnya kami, subuh itu sang purnama masih bersinar terang. Di bagian ini, sungai sangat bersih dan bagian tepinya juga rapi. Banyak yang sedang olahraga pagi di sepanjang sungai pagi itu, juga banyak yang sedang menunggu angkutan perahu klotok menuju tempat kerja. Hanya sebentar kami di sana, kami sudah harus kembali ke hotel dan buru-buru bersiap ke bandara.



Perjalanan tugas mengitari 3 (+2 kota) itu pun berakhir sudah. Can't wait to go home. Rasanya lelah sangat, walau sepanjang perjalanan banyak sekali hal-hal menyenangkan namun tetap enggak ada tempat seindah rumah.

Bandung-Balikpapan-(Surabaya)-Pontianak-(Jakarta)-Banjarmasin-Bandung
Satu hal, kota ini harus dikunjungi kembali. Next time dengan Titan. Dia pasti suka menikmati jalan-jalan di sepanjang sungai dan berperahu klotok sepanjang sungai menuju Lok Baintan. Banjarmasin, I will definitelly will be back, soon.