Tuesday, 27 February 2018

My Titan, Si Kinestetik yang Suka Menguping



Sejak bayi, bahkan sejak dalam kandungan, Titan sudah petakilan. Saking petakilannya, Titan janin jumpalitan dalam kandungan dan terlilit umbilical cord hingga dua lilitan. Dokter yang mengkonfirmasikan hal itu berdasarkan hasil USG 4D saat usia kandungan 8 bulan. Dokter bilang, masih mungkin lilitannya terlepas jika dia berputar ke arah sebaliknya. Harapan yang sia-sia agaknya, karena kemudian dia dilahirkan paksa melalui C section dengan masih terlilit umbilical cord.

Sejak bisa bergerak dalam kandungan, Titan janin sudah sangat aktif. Setiap pagi saya mengobrol dengannya saat berkendara ke kantor. Biasanya dia merespon omongan saya dengan tendangan. Titan janin juga merespon saat saya membacakan buku cerita atau membacakan ayat Al Qur'an. Dia akan tenang saat cerita dibacakan dan akan sibuk menendang saat saya berhenti bercerita. Biasanya dia harus mendengarkan 2 kali cerita agar tenang. Terkadang saya usil dengan hanya membacakan satu kali, hanya agar dia menendang-nendang perut saya (it’s kind of amazing melihat gerakan perut saat dia menendang...). Saya langsung menduga dia akan jadi anak tipikal kinestetik, like me.

Setelah lahir, terbukti memang Titan anak kinestetik. Titan luar biasa aktif serta punya tendangan yang sangat kuat. Nah, begitu mulai bisa bergerak dan bersuara, mulai deh keliatan kalau dia bergerak dengan cepat sekali. Meraih mainan, berguling, tengkurap, merangkak semuanya serba cepat, termasuk bicara. Saking cepatnya sampai saya enggak boleh meleng. Biasanya jika hanya berdua di rumah, dan saya harus ke kamar mandi atau shalat saya akan “ikat” Titan di baby chairnya di depan kamar mandi, terus saya kasih buku kain atau mainan favoritnya dia supaya enggak protes karena ditinggal. Saya juga memagari area mainnya dengan paralon yang dibungkus busa dan dilapis pelapis jok agar dia enggak keluyuran masuk dapur.

Pernah suatu kali embaknya Titan kebelet pipis, saat itu saya di kantor dan mereka hanya berdua di rumah. Embaknya pikir enggak akan masalah karena Titan hanya ditinggal sebentar ke kamar mandi dan dia sedang asik main dengan buku-bukunya. Belum sampai si embak sampai ke pintu kamar mandi, sudah terdengar jeritan Titan. Rupanya dia tumpukkan buku-buku ceritanya dan naik ke atasnya. Tanpa ampun dia tersungkur hingga dahinya membiru. Embaknya panik, begitu saya pulang dia langsung melapor. Saya belum ngeh, hingga saat saya lihat jidatnya biru lebam. Untunglah tidak apa-apa, hanya biru tanpa efek samping apapun. Sejak saat itu kami jadi lebih hati-hati. 
Tapi tetap saja saya kecolongan. Saat itu saya berdua di kamar, dan saya sedang shalat. Awalnya dia asik menonton film di Disney Junior. Rupanya ketika ada musik mulailah dia melompat-lompat di atas tempat tidur hingga dia terlempar keluar dari tempat tidur dan mendarat di tepi jendela diiringi suara tangis yang keras. Saya enggak pakai aba-aba dan masih bermukena langsung lompat, sementara embaknya lari dari kamarnya di atas menghambur ke kamar. Ah, Titan, jidatmu jadi bonyok lagi deh....

Energinya yang luar biasa juga enggak ada habisnya, bahkan saat dia tidur. Seringkali kami bercanda hingga akhirnya menimbulkan “korban”. Ada beberapa kali saya ke kantor dengan dahi benjol biru, pelipis memar, atau bibir pecah karena terantuk Titan yang lompat ke sana ke mari. Sering juga saya terbangun dalam kondisi terkejut akibat tendangan atau tonjokkannya saat tidur. Hingga akhirnya saat tidur miring ke arah Titan saya refleks melindungi wajah dengan kedua lengan. Minimal kalau kena tendangan atau tonjokkan mendadak enggak terlalu sakit hahahahaha...

Titan mulai berjalan saat usianya mencapai tepat 1 tahun. Luar biasa takjub melihat saat pertama dia melangkah satu-satu mendekati saya yang baru saja tiba tugas dari luar kota. Dan sejak saat itu dunia rasanya bergerak dengan sangat cepat. Begitu mulai berjalan, saat itulah dia mulai berlari. Tidak ada langkah pelan, Titan suka berlari di manapun. Area mainnya sudah tidak bisa dibatasi, pembatas area mainnya sudah dia bongkar sendiri. Untunglah dia belum bisa buka pintu sendiri sehingga saya masih bisa lega sedikit mengingat rumah kami enggak berpagar.

Awalnya saya duga dia bayi yang quiet, mengingat jarang sekali dia menangis, tapi saat menangis suaranya luar biasa keras, he’s like to scream at the top of his lungs. Saya bisa membedakan tangisannya di antara bayi-bayi di kamar bayi rumah sakit hanya beberapa saat setelah dia lahir. Itu juga yang membuat saya memaksa suster untuk membiarkan Titan rooming in dengan saya.
Saat mulai berjalan, Titan juga mulai berbicara. He is so talkative. Apa saja bisa dia bicarakan dan Titan tidak mengalami masa cadel yang meresahkan. Jika ada yang dia inginkan dia akan sampaikan dengan kalimat sederhana yang mudah dipahami oleh orang yang baru kenal sekalipun. Tidak ada bahasa-bahasa bayi yang hanya dimengerti oleh yang bicara. 

Pernah suatu kali saat berusia 1.5 tahun, Titan lepas dari pengawasan saat kami berada di mal. Saat itu terpaksa saya mampir di mal untuk membeli pakaian ganti karena pakaian saya basah dan kotor saat Titan muntah. Saya luar biasa marah karena yang mengawasi sangat lambat hingga Titan lepas dari pengawasannya. Tuhan memang MahaBaik. Titan yang sudah saya ajari bicara dan menyebutkan namanya serta nama orang tuanya berlari-lari di area kasir. Wajah dan tingkahnya yang lucu membuat beberapa SPG malah mengelilinginya. Saat ditanya siapa namanya dengan lantang dia jawab Titan. Langsung petugas CS menyampaikan pengumuman melalui pengeras suara, hingga dalam waktu singkat saya bisa menemukan dia lagi. Walau marah masih di ubun-ubun saya bisa bernapas lega. Saya selesaikan pembayaran segera, dan akhirnya saya putuskan tukar pakaian di mobil saja supaya dia enggak lari-lari ke mana-mana. Pembelajaran yang keras. Sejak saat itu ke manapun pergi saya bukan hanya bawa baju cadangan buat Titan tapi juga buat saya. Sempat saya terpikir membelikan tali pengikat supaya dia enggak kabur. Tapi rupanya dia malah lebih kreatif. Tali tas saya dia lepas salah satu kaitannya lalu dia kaitkan ke celananya dia (dia suka banget pakai celana kodok). Hasilnya ketika jalan-jalan di mal saya dan dia terbelit-belit tali tas. Saya mangkel dan dia tertawa-tawa senang hahahahaha.

Dalam memahami konsep baru, Titan lebih banyak belajar melalui mainan. Awal dia mengenal warna, posisi, bilangan, dan huruf dilakukan sambil main kereta Thomas favoritnya. Saat dia menyusun rel kereta, dan menabrakan semua keretanya dia mulai mengenal konsep di atas dan di bawah. Saya mengajarkan warna menggunakan kereta Thomas dan teman-temanya saat bermain juga karena kami suka menyanyikan theme songnya Thomas: They’re two they’re four they’re six they’re eight, shounting cars and hauling freights, red and green and brown and blue, they are really useful crew ....

Saat mulai bicara dia panggil semua dengan panggilan yang benar, kecuali saya. Dia mungkin satu-satunya anak yang manggil ibunya dengan sebutan heyyyyy!!!! Saya bingung dari mana asalnya. Usut punya usut, rupanya itu gara-gara setiap kali saya pulang kantor, sapaan pertama saya untuk dia adalah heyyyyyyy (biasanya sambil mengembangkan kedua lengan untuk memeluk), sehingga dia pikir itulah nama saya hahahahaha. Agak lama saya dipanggil Hey, sambil pelan-pelan saya ajari manggil saya, Ibu hingga akhirnya sebelum dua tahun Titan panggil saya Ibu. Dia juga selalu menyebut mobil dengan sebutan bis. Hingga saat dia masuk toddler class dan akhirnya menyebut mobil dengan sebutan mobil, guru kelasnya bercanda akan membuatkan tumpeng.

Makin besar, makin aktif dan makin bawel dia, hingga saya menyadari bahwa Titan bukan hanya tipikal kinestetik (Pernah salah satu pengajar di PAUD dekat rumah menganggap Titan bodoh karena Titan belajar dengan cara yang berbeda dengan teman-temannya. Saya sangat marah hingga saya putuskan saat itu juga dia keluar dan saya pindahkan ke sekolah yang gurunya lebih cerdas. Untuk saya, orang yang ngaku pendidik macam ini layak dilempar ke laut saja, tidak layak dia menyandang sebutan pendidik.), tapi juga  plus auditori.

Ini saya ketahui secara tidak sengaja. Saat itu saya dan beberapa teman sedang mengobrolkan kondisi salah seorang bayi staf kantor yang istrinya baru melahirkan, bermasalah karena kemungkinan menelan ketuban. Saat itu saya lihat Titan asik dengan kertas-kertasnya. Tahu-tahu di perjalanan pulang dia tanya, Ibu air ketuban itu apa? Kenapa berbahaya? Anaknya...itu kenapa? Saya kaget. Haaaa..ternyata anak ini nguping. Akhirnya setelah kami di rumah, saya langsung ajak dia baca ensiklopedi tubuh manusia dan menjelaskan apa itu ketuban (walau abis itu dia protes, dia bilang ini menjijikan hahahaha). Sejak saat itu saya lebih berhati-hati kalau mengobrol terutama topik yang sensitif (walau sering kelepasan akhirnya), mengingat dia dan saya terbiasa dalam satu paket ke manapun. 

Enggak cuman nguping, Titan juga mudah mengenali musik. Kalau dia pernah mendengar nada atau irama tertentu dia akan dengan cepat mengasosiasikannya dengan sesuatu. Paling sering adalah kalau kami nonton film, dia mudah sekali mengingat lagu-lagu yang ada di sana. Salah satu cita-citanya adalah memainkan score-nya Harry Potter pakai piano (seringkali dia lihat film sampai credit tittlenya abis, karena ada musik yang dia suka). Ada bagusnya juga dia masuk ke dalam tipikal auditory, guru pianonya bilang Titan mudah memahami nada, hanya saja malas mengingat.

Ah, cerita tentang Titan emang enggak ada habisnya. Call me emak lebay karena buat saya dialah cowok paling keren sedunia. Dialah anak paling manis sedunia walau kami bertengkar nyaris setiap saat untuk banyak hal. Tapi satu hal yang saya syukuri adalah karena dia mandiri dan bisa bersikap sangat dewasa manakala menghadapi situasi tertentu. Sejak masuk SD, Titan sudah biasa menyiapkan buku sesuai pelajaran yang harus dibawa ke sekolah, dan mengingat beberapa hal yang menjadi tugasnya, walau saya masih harus mengomel panjang pendek melihat baju seragam yang level kotornya melebihi kain pel. Titan juga cukup bertanggung jawab manakala saya hanya bolehkan dia main game saat weekend dan nonton hanya pada jam tertentu. Itu bisa saya pastikan dia lakukan sekalipun saya ada di luar kota karena tugas. Saya tidak pernah mengalami masalah anak tantrum, karena sejak kecil saya sudah ajarkan dia berdiskusi untuk hal apapun yang dia inginkan. Saya biasa libatkan dia dalam pengambilan keputusan, mulai dari hal sederhana seperti mau makan apa atau mau mainan yang mana, memilih sekolah (saat mau masuk SD Titan diterima di 3 sekolah favorit), hingga ketika saat saya diminta pindah tugas. Orang pertama yang saya ajak bicara adalah Titan. Alhamdulillah, di usianya Titan sudah cukup bisa saya andalkan. Dia sangat paham dengan kondisi ibunya, sehingga sejauh ini kami bisa menjalani kehidupan dengan tenang.

You are my sunshine, Titan. I love you with all my heart and soul, to the moon and back, bigger than the universe. Despite of our arguments, I am so proud of you!