Monday, 15 October 2018

Lari pagi itu mainstream....


Buat banyak orang, event yang satu ini mungkin dianggap gila. Tapi tidak buat sebagian alumni ITB. Ultra Marathon, event lari yang pertama kali diadakan tahun 2017 menyedot banyak perhatian. Jadi, bisa dibayangkan ketika pendaftaran untuk UM2018 dibuka, yang daftar membludak. Buanyak.
Sejak tahun lalu, saya sudah punya cita-cita pengen ikut yang tahun 2018. Jadi, ketika akhirnya bisa ikut rasanya senang banget. Emang kuat? Ya kalau itu gimana nanti aja. Yang penting ikut dulu, begitu pikir saya. Itu juga yang membuat saya cukup rajin lari (walau rasanya enggak ada kemajuan alias segitu-segitu aja) sejak awal tahun.

Sekitar dua bulan menjelang event saya kena cedera LBP. Rasanya sakit luar biasa, membuat saya hampir menyerah. Walhasil selama 3 minggu saya sama sekali libur olah raga. Baru sebulan menjelang UM saya mulai lagi latihan, dari nol.


Ketika mulai pembagian rute dan etape saya sempat minta jangan dikasih jalur menanjak. Saya kuatir bebannya (beban tubuh maksudnya hahaha) terlalu berat sehingga bisa cedera lagi, di samping saya juga belum pernah lari di jalur dengan elevasi lebih dari 50m. Kan enggak lucu kalau saya mogok dan merepotkan anggota team yang lain. Di awal saya dapat Leg 12. Masih oke. Eh, tahu-tahu saya dipindah ke Leg 13. Kaget bener, mengingat tanjakan di situ menyeramkan. Ketar ketir bersiap meratapi tanjakan. Tapi rupanya kapten team yang baik hati membujuk dua teman 1 team agar tukaran, hingga saya dapat Leg 15 dengan jarak tempuh paling pendek dibandingkan yang lain. Elevasi juga enggak terlalu besar.



Angkatan kami mengirimkan 4 team (tadinya malah mau 7!!). Satu team Relay 8, Awug (tepatnya The Mighty Awu92), dan 3 team R16: Batagor, Cireng, Dawegan plus satu team 92eat Support untuk menempuh Jakarta-Bandung sejauh 170K.






Hari H. Sejak Jumat mendadak asam lambung saya naik terus. Saya curiga saya mengalami stress (ini mau lari apa ujian Fismat sih sebenarnya?), takut mengecewakan anggota team yang lain. Hingga menjelang berangkat akhirnya saya minum obat agar asam lambung enggak protes. Jam 5 sore saya janjian dengan running buddy Leg 15 di Pasteur. Kami mau berangkat menuju lokasi start. Perkiraan akan lambat, karena posisi 5 pelari sebelum kami juga belum mulai start. Jam 17.30 kami tiba di Cimahi. Di sini seorang rekan meminjamkan anak buahnya buat bawain mobil mengawal sepanjang etape (ah terima kasih sekali untuk bantuan yang luar biasa ini). 

Agak kuatir dengan cuaca sore itu, angin bertiup kencang sekali, langit juga sangat gelap. Dan benar, gerimis turun, tapi untunglah enggak lama. Jam 18 kami buru-buru menuju lokasi start. Paling enggak kalaupun harus menunggu itu lebih aman ketimbang kejebak macet atau hujan. Kami menunggu tiba saat start sambil memantau keriuhan Tim Awug yang sedang berjuang masuk Finish. Last runner sedang berjuang menyelesaikan tugasnya dan berhasil. Tim Awug berhasil masuk podium 2. Bangga dong, salah satu team kita masuk podium.

1 jam, 2 jam, 3 jam berlalu dan kami masih belum start. Kantuk dan lelah mulai melanda. Perut lapar tapi malah menolak diisi makanan. Sempat makan siomay buat ganjel, enggak habis juga. Akhirnya makan pisang saja. Hingga menjelang tengah malam kami masih belum dapat giliran start, sementara satpam Giant udah ngusir kami dari parkiran hahahaha. Kami pindah parkir di tepi jalan sebelum WS14. Pelari Leg13 baru mulai bergerak lewat jam 22. Jam 23 kami mulai pemanasan ditemani team support yang sudah masuk di WS14.


Uin dan Djeng yang tetep ceriah walau udah tengah malam

Sesaat menjelang tengah malam, yang ditunggu datang juga. Pelari Leg 14 team Cireng, Bajigur dan Dawegan masuk WS. Lega rasanya. Kami bersiap untuk melanjutkan perjalanan relay. Wawancara, Check (dengan Om Farid sebagai reporter), LED lamp, check (thanks Paheu), we are ready!



Setelah serah terima Buff (Serius, itu buff udah mandi keringat 14 orang!!) dan foto-foto, pukul 00 lewat dikit kami bergerak menuju WS15. 





Lelah, kantuk, lapar, dan saya kebelet pipis (toiletnya parkiran Giant Padalarang yang terdekat dengan tempat kita nunggu sudah digembok) membuat kami ingin segera menyelesaikan etape ini. Tengah malam yang sepi (iyalah, lagian selain kami ini siapa sih yang sesinting ini lari-lari tengah malam hihi). Sesekali terdengar suara napas memburu kami atau suara sepatu yang tersaruk di aspal. Langkah kami terasa sangat lambat sekali. Kami bertiga berlari beriringan sambil sesekali bercanda saling memberi semangat. Team support setia mengiringi kami dengan sepeda dan motor sambil terus menyemangati. Langkah demi langkah perlahan kami tapakkan di jalan yang nanjak halus ini. Belum ada team lain yang menyusul, hingga di KM6 pelari 84 menyusul!!! Arggh sudah lelah tersusul oleh pelari senior itu rasanya gimanaaa gitu.







Disemangati oleh runner yang ikut support mengiringi kami dengan gowes pelan akhirnya sampai juga di WS15, di mana pelari selanjutnya sudah menunggu. Tuntas sudah tugas kami tunaikan, selamat tanpa cedera (ini sesuai harapan), walau rasanya enggak maksimal banget. Jarak segitu ditempuh dengan waktu yang lebih lama dibandingkan biasanya.




Sehabis serah terima kami langsung berpisah. Team support melanjutkan tugas mengawal runner, ada yang beranjak pulang, sementara saya dan Katrin langsung masuk mobil menuju Bandung. Suasana yang sudah menjelang dini hari (kami keluar dari WS15 sekitar jam 01.30), ngantuk dan lelah membuat refleks saya juga menurun. Belum jauh dari WS saya dikejutkan seekor kucing yang tetiba menyeberang. Ngerem enggak terkejar dan sepertinya saya menggilas sesuatu! Panik, saya berhenti masih di tengah jalan. Saking kagetnya, mendadak telapak kaki kiri saya mengunci, kram! Mencoba mengintip dari spion saya tidak melihat apapun. Jangan-jangan itu kucing mati tergilas. Bayangan seram kata orang kalau menggilas kucing sampe mati membuat saya sempat ketakutan. Akhirnya kami berhasil menepi. Katrin langsung turun melihat ke lokasi kucing nyebrang tadi. Alhamdulillah agaknya si kucing berhasil selamat. Masih deg-degan kami lanjut lagi. This time enggak berani ngebut. Ngedrop Katrin di kampus, lalu saya langsung pulang. Pagi nanti masih mau nemenin Titan ikut fun run.

Terealisasi sudah keinginan saya sejak awal tahun. Walau hasilnya belum seperti harapan, saya bangga. Di sela-sela keriuhan lari ada banyak cerita epic yang menginspirasi. Ada banyak senior yang ternyata berhasil mengalahkan waktu dan jarak dengan berlari, luar biasa! Ada banyak team yang berlari dengan membawa misi penggalangan dana (juga team kami), dan misi itu berhasil dengan baik. Berlari sambil berbagi, love it! Ketika banyak teman baru yang sebelumnya enggak saling kenal ternyata bisa bahu membahu bekerjasama dengan baik sehingga semua runner terjaga keamanannya. Millions thanks, team support! Ketika menunggu hingga 6 jam itu ternyata tidak melorotkan semangat untuk tetap berlari, thanks Katrin dan Alvin karena bersama kalian menunggu 6 jam tetap seru, lari tengah malam juga seru. Buat saya, event ini lebih keren dari reuni.

Thanks buat Kapten Tante Yulie yang all out mengatur segala hal tentang team dari sebelum pendaftaran hingga event ini selesai. Mamah Pepy yang bersedia direpotin ngurusin ini dan itu. Om Hadi buat desain jersey dan jaketnya yang bikin runners dan support team tampak keceh. Tante Kuch M, yang walaupun enggak ikut lari tapi juara kasih support dan tips-tips termasuk tips oles-oles (berhasil dengan baik, walaupun tetap ada yang lecet gara-gara kelewat dioles hahaha). Team support yang mensupport all out sepanjang etape, love you all so much, kalian batu!! Di Leg 14 ada Dadan, yang sebelumnya udah lari juga, rela gowes pelan-pelan nemenin kami di tengah malam, ada Menmudperamwan Om Farid yang setia ngawal pakai motor, Aa Toea yang udah minjemin anak buahnya buat ngawal kami, Uin dan Djeng yang nemenin kami menjelang start. My running buddies: Katrin dan Alvin, kalian berdua gila! Kapan lagi lari tengah malam sambil ketawa-ketawa walau mata udah sepet dan badan sudah lelah. Awug-Bajigur-Cireng-Dawegan, kalian hebat! Bangga bisa jadi bagian dari kalian, walau kontribusi saya sangat kecil. *Ini blog atau pidato Oscar sih?*

Semoga tahun depan tetap bisa bergabung sebagai tim pelari hore. Eh, tapi denger-denger UM2019 jadi 250K? Aje gileeeeeee!!!

#bniitbultramarathon2018 #bniitbultramarathon170k #i92runners #lumpatkeun
#itb92