![]() |
Titik awal berangkat, foto bawah by Uttank |
Nah kembali ke jaman now. Pagi itu, jam 6 pagi kami sudah ketemuan di tikum Atedja Regency, rumahnya Andi. Nungguin yang lain sambil sarapan nyemil tahu susu cihanjuang sama bolu bogor. Nyaris jam 7 pagi anak-anak udah pada enggak sabar, akhirnya begitu mobilnya Didik nyampe rombongan 1 berangkat duluan. Bocah-bocah mah pada seneng duduk di bak ditemenin om Tarto sebagai pembina.
Titik awal jalan adalah di belakang Imah Seuri di Jl. Manglayang Desa Citiis (ini namanya bukan hoax, air di sini dingin bener). Katanya Paheu yang mandu team ini, titik ini dipilih karena di sinilah terjadi deformasi batuan sehingga lembah mengalami pembelokan akibat gesernya Patahan Lembang. Kalau dari titik ini lembahnya mentok di dinding tebing dan belok ke kiri (kami berdiri di atas menghadap lembah).
![]() |
Untunglah saya sempat buat foto ini sebelum berlumur lumpur |
![]() |
Diajarin cara mengadjust trekking pole oleh kakak pembina |
![]() |
Melewati kebun sayur, Pak Tani yang baik menyingkirkan selang biar kita enggak kesandung dan biar selang enggak kita injak-injak. |
![]() |
Anak-anak pada jalan, mamah-mamah sih poto-poto dulu |
Jalur menurun ke arah lembah melalui pematang kebun yang lebarnya minim, licin, dan berlumpur. Titan yang nekad pakai sandal cukup kesal karena sandalnya jadi licin dan berkali-kali nyangkut di lumpur, dan dia keukeuh enggak mau nyeker. Jalur menurun ini jadi seru, lembah yang sepi jadi riuh oleh jeritan mamah-mamah yang kepeleset atau yang kaget karena ada yang kepeleset.
Enggak lama rombongan kedua sudah menyusul kami. Ketika kami berhenti, saya menengok ke belakang ke arah rombongan kedua dan tetiba saya tikusruk. Entah gimana ceritanya, saya baru ngeh tikusruk setelah sadar berada di bawah grujukan air. Ternyata saya jatuh dari pematang ke arah pancuran air (biasanya pancuran yang airnya dingin dan bening ini digunakan buat bersih-bersih para petani yang abis berkebun) dengan kepala menukik duluan. Enggak ada ampun jidat saya mencium batu di bawah pancuran. Jadilah saya peserta yang belum belum sudah mandi lumpur dan terpaksa menempuh sisa perjalanan dengan pakaian basah dan berlumpur from top to toe dan jidat memar bengkak.
![]() |
Sesaat setelah tikusruk, mandi lumpur |
Tapi, walaupun sepanjang jalan Titan kuatir ibunya kenapa-kenapa setelah jatuh (dan saya diomelin supaya lebih hati-hati), perjalanan ini menyenangkan.
Tiba di lembah jalurnya landai, walau tetep licin, namun kami bisa bergerak lebih cepat. Beberapa kali kami menyebrangi sungai, bertemu dengan para petani yang ramah, bertemu dengan penduduk yang masang pipa air hingga akhirnya kami tiba di pinggir sungai yang agak lega.



Kami istirahat di sana sambil menikmati bekal kami. Yandi bawa daging balado dan lidah sambel ijo yang dengan cepat lenyap (enaknya juara), ada yang bawa segala cemilan sampe rujak mangga. Epic memang bekel-bekelnya hahahaha. Kelar makan nyeduh minuman anget. Thanks Andi yang udah jadi bartender bari ngeueum di walungan.

![]() |
The famous lidah sambal ijo |



Puas makan, minum dan istirahat kami melanjutkan perjalanan. Karena ternyata jalur menuju Curug Cimahi ini ternyata masih jadi misteri (kata penduduk setempat jalurnya bala dan banyak monyet liar), akhirnya diputuskan kami pulang aja. Setelah dari lembah, tentu saja jalur pulang adalah tanjakan yang aduhai. Alhamdulillah jalur nanjaknya enggak licin, walau agak horor karena bener-bener hanya selebar badan aja, jadi waktu tempuhnya malah sebentar. Di jalur pulang sempat bertemu dengan ibu-ibu petani yang menyapa ramah: "neng, nyimpang heula urang tuang....", ah, sapaan yang luar biasa ramah, bikin hati jadi adem.


Alhamdulillah, hari ini luar biasa menyenangkan. Capek iya, sakit-sakit iya, tapi asik. Melihat bocah-bocah bisa mainan air, bisa menikmati udara segar dan pemandangan cantik setelah berbulan-bulan dikurung di rumah, bisa ketawa puas dengan teman-teman. Nikmat mana lagi coba yang mau didustakan?
Kalau mengikut rencana, trekking ini enggak akan cuman berhenti di sini. Kami masih akan mencoba jalur lain yang mengikuti morfologi wilayah sekitar Bandung sambil mengenali bentang alam. Untuk hari ini, sekalipun enggak mamah friendly "seperti brosurnya" tapi ketampakan alam di sepanjang jalurnya lengkap, kebun, bukit, lembah, sungai, perkampungan penduduk, dengan jalur beragam dari pematang berlumpur, nyebrang sungai melewati titian bambu, nyebrang sungai sambil nyebur, jalan di kebun selada yang enggak ada pematangnya, sampai tanjakan aduhai ke arah pulang.
Eniwei, lembah yang kami lalui itu belum ada nama resminya. Kalau berdasarkan kejadian nyata, maka sepakat kita namakan LEMBAH TIKUSRUK. Cuman memang karena jalur ke Curug CImahi itu belum ketemu, maka bagi beberapa peserta Curug Cimahi masih jadi misteri.
![]() |
Jalur Perjalanan terhadap Curug Cimahi (By Didik) |
Foto credit by Uttank, Didik, Andi, Tarto, Rani (hanupis ya sudah merekam keasikan perjalanan ini)