Thursday, 5 March 2015

TITAN DAN TRAVELLING: INDONESIA ITU INDAH, YA

Indonesia itu indah sekali. Ya, saya sangat menyadari itu ketika mendapat kesempatan travelling ke berbagai tempat di Indonesia dalam rangka tugas. Di sela-sela tugas saya menikmati (sekaligus curi-curi) kesempatan untuk menikmati keindahan Indonesia. Karena itulah saya bertekad ingin mengunjungi kembali tempat-tempat yang sudah pernah saya kunjungi atau tempat-tempat yang sejak dulu saya ingin kunjungi. Namun, kali ini saya ingin menikmatinya bersama putra semata wayang saya, Titan.

Sejak Titan masih bayi, saya menularkan semangat cinta Indonesia saya dan kegemaran travelling saya ke Titan. Dan ternyata, kini dia menikmatinya juga. Sebelum genap berusia 40 hari, Titan saya sudah ajak keluyuran hingga Sukabumi. Tentu saja dia belum mampu menikmatinya. Tapi saya sangat berharap semangat itu dia warisi sejak dini. Ketika dia mulai menapakkan kakinya, saya mulai berani mengajak dia pergi ke tempat yang lebih jauh. Di awali dengan perjalanan ke Anyer dan Pangandaran (itu trip terjauh pertama Titan), lalu Garut, Bandung (this is our hometown), Ambarawa, Cirebon, Bromo, Batu, Surabaya, Belitong, Lampung, Banda Aceh, dan Sabang kami jelajahi bersama. Nggak cuman alamnya, tapi juga kulinernya.

Kami menikmati keindahan alam mulai dari angkasa menjelang pendaratan hingga ke bawah laut. Belum sampai ke laut dalam memang, namun untuk saya dan Titan ini sudah luar biasa. Dari awal terbang Titan takut luar biasa, sekarang dia sudah bisa menikmati indahnya pemandangan dari angkasa saat landing di daerah tujuan dan bilang: "ibu, lihat keren banget yaaa". Dari yang masih takut-takut nyemplung ke air hingga akhirnya harus dibopong paksa instruktur selam agar dia mau keluar dari air dan naik ke speedboat untuk pulang.

Sambil berjalan-jalan menikmati keindahan Indonesia (termasuk menjajal nikmatnya makanan khas setiap daerah yang kami kunjungi), tidak lupa saya menyelipkan pengetahuan budaya, sains, dan sejarah. Kini, Titan tahu yang namanya tsunami itu seperti apa dan apa dampaknya. Dia juga tahu kalau lumba-lumba itu suka melompat di air dan punya suara yang unik. Titan juga tahu kalau gajah itu adalah hewan cerdas yang bisa melakukan berbagai hal termasuk membantu manusia (dia melihat atraksi gajah di Way Kambas dan melihat peranan gajah saat membantu membereskan Tanah Rencong yang porak poranda akibat tsunami). Titan tahu kalau dunia bawah laut itu menakjubkan (dan dia sebal sekali melihat foto2 saya sewaktu snorkeling di Pulau Lengkuas dan ikut intro diving di Pulau Rubiah). Dan dia tahu kalau ayam tangkap serta durian dan kupi gayo itu rasanya luar biasa enak (untuk ini saya senang sebab berhasil membuat dia makan durian!)! Dia paham kalau gempa di bawah laut bisa menyebabkan tsunami (tentu saya belum ajarkan magnitude dan kedalaman gempa padanya). Dia tahu kalau dia area gunung berapi ada bau-bau seperti kentut itu disebabkan oleh belerang (tapi setiap kali menciumnya dia lupa lagi namanya). Satu lagi, dia tahu kalau Indonesia itu memiliki beragam bahasa (dialek paling dia suka adalah khas Belitung: nak kemane....).
Yang pasti saya semakin yakin kalau putra saya sangat cinta Indonesia seperti ibunya. Seringkali dia bersenandung lagu Yamko Rambe Yamko atau Cublek-Cublek Suwong atau Ampar-Ampar Pisang. Walaupun saya belum berhasil mengajarkan satupun lagu berbahasa Sunda, tapi saya bangga karena dia nggak cuman suka Kati Peri atau One Direction tapi dia juga suka dengan segala yang berbau Indonesia. I'm proud of you, Son. 
Next destination: Bali. Cita-cita berikutnya: InshaAllah kalau ibu ada rejeki, sebelum ke pulau lain kita jelajahi bagian lain dari Sumatera. Sumatera Utara dan Barat sepertinya menggoda. 
Naik Jukung ke Teluk Kiluan untuk mencari lumba-lumba. Sekalipun hujan dan di tengah laut, Titan tak gentar!


 Museum kereta di Ambarawa
Balohan Hill-Sabang

My Travelmate always, Balohan Hill-Sabang

Tanjung Pandan, before landing

Bersiap menuju Pulau Rubiah-Pantai Iboih, Sabang

Banda Aceh from above, just before landing

Menjelang Kawah Bromo

Bromo, Pananjakan. Just as the sun rise

Selalu bahagia menanti penerbangan

Leles-Garut

Meski pada awalnya takut, akhirnya dia berani juga tunggang gajah di Way Kambas, Lampung

Kampung Sumber Alam, Cipanas, Garut

Kawah Putih, Ciwidey

Membajak kursi nahkoda kapal cepat. Sesaat setelah berlabuh di Banda Aceh dari Sabang

Danau Kaolin, Belitong

Museum Angkut-Jatimpark-Batu, Malang

Biarpun nggak ikut diving yang penting gaya dulu. Pantai Iboih, Sabang.

Sok ikutan snorkeling. Somewhere menuju Pulau Lengkuas, Belitong.

Titan di Kiluan

Di depan Museum Lampung


Dari atas Mercu Suar di Pulau Lengkuas, Belitong. Mercu Suar setinggi 65m (18 lantai) ini dibangun sekitar tahun 1800

Bersiap naik perahu menuju Pulau Burung Mandi di Belitong

Menikmati mie aceh Rajali dan segelas teh tarik

Museum Tsunami, Banda Aceh

Perkenalan pertama dengan laut: Pangandaran Beach

Di atas kapal cepat menuju titik terbarat Indonesia, Sabang.

Masak, yuuuuk. Rumoh Aceh

Bahagianya nyemplung di perairan Pulau Rubiah, Sabang.

Ini pemandangan di bawah air yang buat dia nggak mau beranjak naik dari air. Pulau Rubiah, Sabang

Merhatiin Pak Ami, instruktur diving menyiapkan perlengkapan, ScubaWeh, Pantai Iboih

Melihat pemandangan kota Banda Aceh dari PLTD Apung

Mainan air laut, baru mau dipaksa naik setelah hujan turun dengan lebatnya (Titan: 2yo)

Akhirnya dia berani kasih saweran buat gajah favoritnya di Way Kambas, Si Joni

Pangandaran Beach (2yo)

Sesaat setelah mendarat di Tanjung Pandan, Belitong

Finally we made it. Titik nol Indonesia. Inilah titik yang menjadi salah satu judul lagu nasional Indonesia. Dari Sabang sampai Merauke.......(doa kami adalah agar suatu saat kami bisa melihat tugu kembarannya di Merauke sana)....

No comments:

Post a Comment