Sejak Titan masih bayi, saya menularkan semangat cinta Indonesia saya dan kegemaran travelling saya ke Titan. Dan ternyata, kini dia menikmatinya juga. Sebelum genap berusia 40 hari, Titan saya sudah ajak keluyuran hingga Sukabumi. Tentu saja dia belum mampu menikmatinya. Tapi saya sangat berharap semangat itu dia warisi sejak dini. Ketika dia mulai menapakkan kakinya, saya mulai berani mengajak dia pergi ke tempat yang lebih jauh. Di awali dengan perjalanan ke Anyer dan Pangandaran (itu trip terjauh pertama Titan), lalu Garut, Bandung (this is our hometown), Ambarawa, Cirebon, Bromo, Batu, Surabaya, Belitong, Lampung, Banda Aceh, dan Sabang kami jelajahi bersama. Nggak cuman alamnya, tapi juga kulinernya.
Kami menikmati keindahan alam mulai dari angkasa menjelang pendaratan hingga ke bawah laut. Belum sampai ke laut dalam memang, namun untuk saya dan Titan ini sudah luar biasa. Dari awal terbang Titan takut luar biasa, sekarang dia sudah bisa menikmati indahnya pemandangan dari angkasa saat landing di daerah tujuan dan bilang: "ibu, lihat keren banget yaaa". Dari yang masih takut-takut nyemplung ke air hingga akhirnya harus dibopong paksa instruktur selam agar dia mau keluar dari air dan naik ke speedboat untuk pulang.
Sambil berjalan-jalan menikmati keindahan Indonesia (termasuk menjajal nikmatnya makanan khas setiap daerah yang kami kunjungi), tidak lupa saya menyelipkan pengetahuan budaya, sains, dan sejarah. Kini, Titan tahu yang namanya tsunami itu seperti apa dan apa dampaknya. Dia juga tahu kalau lumba-lumba itu suka melompat di air dan punya suara yang unik. Titan juga tahu kalau gajah itu adalah hewan cerdas yang bisa melakukan berbagai hal termasuk membantu manusia (dia melihat atraksi gajah di Way Kambas dan melihat peranan gajah saat membantu membereskan Tanah Rencong yang porak poranda akibat tsunami). Titan tahu kalau dunia bawah laut itu menakjubkan (dan dia sebal sekali melihat foto2 saya sewaktu snorkeling di Pulau Lengkuas dan ikut intro diving di Pulau Rubiah). Dan dia tahu kalau ayam tangkap serta durian dan kupi gayo itu rasanya luar biasa enak (untuk ini saya senang sebab berhasil membuat dia makan durian!)! Dia paham kalau gempa di bawah laut bisa menyebabkan tsunami (tentu saya belum ajarkan magnitude dan kedalaman gempa padanya). Dia tahu kalau dia area gunung berapi ada bau-bau seperti kentut itu disebabkan oleh belerang (tapi setiap kali menciumnya dia lupa lagi namanya). Satu lagi, dia tahu kalau Indonesia itu memiliki beragam bahasa (dialek paling dia suka adalah khas Belitung: nak kemane....).
Yang pasti saya semakin yakin kalau putra saya sangat cinta Indonesia seperti ibunya. Seringkali dia bersenandung lagu Yamko Rambe Yamko atau Cublek-Cublek Suwong atau Ampar-Ampar Pisang. Walaupun saya belum berhasil mengajarkan satupun lagu berbahasa Sunda, tapi saya bangga karena dia nggak cuman suka Kati Peri atau One Direction tapi dia juga suka dengan segala yang berbau Indonesia. I'm proud of you, Son.
Next destination: Bali. Cita-cita berikutnya: InshaAllah kalau ibu ada rejeki, sebelum ke pulau lain kita jelajahi bagian lain dari Sumatera. Sumatera Utara dan Barat sepertinya menggoda.
![]() |
Naik Jukung ke Teluk Kiluan untuk mencari lumba-lumba. Sekalipun hujan dan di tengah laut, Titan tak gentar! |
![]() |
Museum kereta di Ambarawa |
![]() |
Balohan Hill-Sabang |
![]() |
My Travelmate always, Balohan Hill-Sabang |
![]() |
Tanjung Pandan, before landing |
![]() |
Bersiap menuju Pulau Rubiah-Pantai Iboih, Sabang |
![]() |
Banda Aceh from above, just before landing |
![]() |
Menjelang Kawah Bromo |
![]() |
Bromo, Pananjakan. Just as the sun rise |
![]() |
Selalu bahagia menanti penerbangan |
![]() |
Leles-Garut |
![]() |
Meski pada awalnya takut, akhirnya dia berani juga tunggang gajah di Way Kambas, Lampung |
![]() |
Kampung Sumber Alam, Cipanas, Garut |
![]() |
Kawah Putih, Ciwidey |
![]() |
Membajak kursi nahkoda kapal cepat. Sesaat setelah berlabuh di Banda Aceh dari Sabang |
![]() |
Danau Kaolin, Belitong |
![]() |
Museum Angkut-Jatimpark-Batu, Malang |
![]() |
Biarpun nggak ikut diving yang penting gaya dulu. Pantai Iboih, Sabang. |
![]() |
Sok ikutan snorkeling. Somewhere menuju Pulau Lengkuas, Belitong. |
![]() |
Titan di Kiluan |
![]() |
Di depan Museum Lampung |
![]() |
Dari atas Mercu Suar di Pulau Lengkuas, Belitong. Mercu Suar setinggi 65m (18 lantai) ini dibangun sekitar tahun 1800 |
![]() |
Bersiap naik perahu menuju Pulau Burung Mandi di Belitong |
![]() |
Menikmati mie aceh Rajali dan segelas teh tarik |
![]() |
Museum Tsunami, Banda Aceh |
![]() |
Perkenalan pertama dengan laut: Pangandaran Beach |
![]() |
Di atas kapal cepat menuju titik terbarat Indonesia, Sabang. |
![]() |
Masak, yuuuuk. Rumoh Aceh |
![]() |
Bahagianya nyemplung di perairan Pulau Rubiah, Sabang. |
![]() |
Ini pemandangan di bawah air yang buat dia nggak mau beranjak naik dari air. Pulau Rubiah, Sabang |
![]() |
Merhatiin Pak Ami, instruktur diving menyiapkan perlengkapan, ScubaWeh, Pantai Iboih |
![]() |
Melihat pemandangan kota Banda Aceh dari PLTD Apung |
![]() |
Mainan air laut, baru mau dipaksa naik setelah hujan turun dengan lebatnya (Titan: 2yo) |
![]() |
Akhirnya dia berani kasih saweran buat gajah favoritnya di Way Kambas, Si Joni |
![]() |
Pangandaran Beach (2yo) |
![]() |
Sesaat setelah mendarat di Tanjung Pandan, Belitong |
No comments:
Post a Comment