Libur telah tiba! Libur telah tiba! Hore! Hore! Walaupun
hati masih rada bertanya-tanya dan masih banyak ragu, tapi mestinya liburan
tetap disambut gembira kan?
Oke, here we go!
Destinasi liburan kali ini adalah Manado. Ya, setelah
kunjungan dinas Oktober lalu, saya jadi ingin menjelajah Manado. Dan setelah
sempat ragu, akhirnya tiket Jakarta-Manado dibeli juga, abis itu hotel
dibooking juga.
Penerbangan kami pilih tepat pada hari raya Idulfitri. Bukan
apa-apa, enggak ada orang tua jadi rasanya lebaran terlalu berbeda, enggak
enak, rasanya enggak ada tujuan. Ketimbang sedih di sini, mendingan pergi saja.
Sehari sebelum terbang ke Manado, kami sudah berangkat ke
Jakarta. Ini diputuskan melihat kondisi lalulintas arah Jakarta belakangan ini
yang makin parah dan enggak bisa diprediksi. Kuatir terlambat ke bandara,
akhirnya memilih menginap di hotel yang dekat bandara. Sengaja enggak nginep di
hotel bandara mengingat akses ke mana-mana akan sulit. Pilihan kami adalah hotl
dekat mal dengan pertimbangan mudah cari makanan untuk buka puasa dan mudah
mencari lokasi untuk shalat ied sekitar hotel.
Day#1
![]() |
Jelang Shalat Ied di pelataran hotel |
Sehabis Shalat Ied, kami langsung sarapan dan segera menuju
bandara takut jalan keburu macet sama yang akan berangkat silaturahmi. Alhamdulillah,
lalin lancar dan kami segera check in. Masih kepagian, jadinya menunggu agak
lama. Tapi enggak apa-apalah ketimbang deg degan takut telat.
Akhirnya jam 11.30 setelah antri mau terbang, kami terbang
juga. 3,5 jam penerbangan dilalui setengah mengantuk. Antara tidur dan nonton
udah enggak jelas. Titan mah malah asyik nonton Black Panther.
![]() |
Beautiful sight from above, just before landing |
Pukul 15.30 WITA kami mendarat di Bandara Sam Ratulangi,
Manado. Cuaca puanas luar biasa. Driver yang menjemput sudah menunggu dan kami
langsung diajak jalan memutar sambil menuju hotel. Sempat kami mampir melihat Monumen
Yesus Memberkati. Ini adalah salah satu landmarknya Manado selain Jembatan
Sukarno.
Kami tiba di hotel menjelang senja. Kami menginap di Arya Duta di Jalan Tendean. Dari jendela kamar yang
menghadap tepat ke arah laut kami lihat matahari mulai merebah. Setelah shalat
Ashar (yang udah amat sangat telat), kami langsung ke luar menuju pantai. Dan
sore yang cerah membuat sunset sore ini begitu cantik. Hari pertama liburan
dimulai.

Sunset dari balik jendela kamar
Something came up tonight. It was nice. Wondering what was it.
Day#2
Pagi ini bangun dengan semangat. Tadinya mau lari pagi, tapi
kesiangan. Jadinya hanya melihat matahari yang udah tinggi di dak lantai 7
dekat kamar kami. Daknya ini sebenarnya seperti teras di lantai 7. Pemandangan
dari sini lumayan juga karena langsung menghadap kota juga menghadap pantai di
sisi kanan.
Kami segera bersiap, pakaian renang
plus sandal jepit dan topi lebar. Beach, here we come! Seusai sarapan
(senangnya saat sarapan menemukan perkedel ikan nike), kami dijemput sopir
Chakraloka Tour yang kami book untuk ke Bunaken. Dari hotel ke Marina
sebenarnya dekat sekali. Kalaupun jalan kaki enggak sampai 10 menit. Tapi
berhubung sudah ada fasilitasnya ya digunakan saja. Tiba di Marina ramai
sekali. Katanya bunaken juga sedang ramai sekali, sampai seperti pasar.
Wondering snorkeling nanti akan seperti cendol hahaha.
Di Plaza Marina Manado memang ramai banget. Pelabuhan Manado
ini termasuk kecil, tapi pagi itu cukup ramai. Di Plaza Marina yang berupa
ceruk teluk kecil yang terlindung, melayani penyebrangan ke arah Bunaken dan
beberapa pulau kecil lain (bisa ke Pulau Lembeh atau ke Manado Tua). Kapal yang
lebih besar yang biasa digunakan berlayar ke Bitung berlabuh di sisi lain yang
lebih luas.
Enggak lama kami menunggu perahu yang akan membawa kami
menyeberang ke Pulau Bunaken. Perahu yang kami book datang, dikemudikan oleh
pemiliknya sendiri, Pak Thoyib. Kami book private tour, sehingga di perahu
memang hanya kami aja. Jadi, ya lumayan juga perahu segede itu isinya hanya
kami doang. Perjalanan menuju Pulau Bunaken ditempuh sekitar 45 menit mestinya.
Tapi, banyaknya sampah plastik di area pelabuhan sempat membuat propeler perahu
terlilit sampah dan kami harus berhenti supaya Pak Thoyib bisa melepaskan
propeler dari lilitan sampah. Nyebelin banget deh, laut secantik itu dikotori
sampah plastik!
![]() |
Pak Thoyib, out boat man |
![]() |
Pelabuhan, sesaat sebelum naik perahu |
![]() |
Air kelapa di siang yang panas memang yahuud!! |
Hari ini panasnya luar biasa. Menjelang tiba di Bunaken kami
pindah ke perahu katamaran. Di perahu ini kami bisa mengintip ke bawah air
melalui jendela kaca yang ada di dasar perahu. Air di bawah sana beningnya luar
biasa. Tukang perahu membawa kami mengitar sebentar sehingga kami sempat
melihat beberapa diver di bawah perahu. Airnya jernih dan berwarna biru kobalt.
Ikan-ikan warna warni seliweran dengan genitnya. Ah, enggak sabar mau
bercengkrama dengan mereka.
![]() |
Sedikit hasil ngintip dari katamaran |
Habis ngintip dari katamaran kami menuju Pulau Bunaken.
Berhubung sudah diurus sama tour, kami enggak perlu lewat loket tiket di
Bunaken, kami bisa langsung ke pulaunya. Sebagai info, ke Bunaken ini bisa saja
berangkat sendiri, sewa perahu sendiri. Namun, kalau belum tahu bisa agak
merepotkan. Kalau sendiri biayanya bisa jadi lebih murah bisa jadi lebih mahal.
Perlengkapan snorkeling bisa sewa (termasuk wetsuit, fin, dan snorkel). Nah,
biasanya mereka suka minta guide snorkeling, bayarannya terpisah (biasanya
sekitar 100K). Kamera underwater bisa sewa (harganya di kisaran 350K termasuk
fotografer). Untuk sewa perahu bisa googling, termasuk Pak Thoyib ini (saya
lupa minta nomor teleponnya). Masuk ke kawasan Bunaken ada tiket masuknya.
Harga tiket beda untuk turis domestik dan mancanegara. Jadi, kalau mau ke sana
sendirian baiknya survey dulu baik-baik supaya niat hemat enggak malah jadi
boros. Satu lagi, enaknya ke sana memang pas cuaca cerah. Jadi puas main
airnya.
Di pulau kami menuju tempat sewaan perlengkapan snorkeling.
Sejujurnya saya ingin introdive. Tapi, saya juga pengen ajak Titan snorkeling
bareng. Akhirnya saya hanya snorkeling saja. Setelah memilih fin yang pas,
snorkel, dan tukar baju, kami langsung naik perahu lagi. Di perahu sudah
disiapkan pisang goreng dabu-dabu dan air kelapa sebagai camilan (ini bagian
dari tour). Jadi sambil menuju ke lokasi snorkeling kami bisa nyamil pisang
goreng dicocol dabu-dabu yang enak tapi pedesnya ruarrr byasahhh.
Begitu sampai di lokasi snorkeling kami bersiap-siap, pak
Thoyib ngajari kami untuk menggunakan snorkelnya. Untuk Titan ini pengalaman
pertama. Waktu di Belitung dia enggak mau ikut turun ke air. Waktu di Padang
Bai dan di Sabang dia nyemplung tapi hanya berenang. Air laut di area kami
snorkeling cukup dangkal dan amat sangat bening. Ikan-ikan berseliweran dengan
genitnya seakan ngajak bercanda. Sebelum nyemplung, di tempat sewaan
perlengkapan snorkeling si empunya menawari biskuit buat memancing ikan-ikan
supaya mendekat. Kami beli 1 pak besar isi 5 bungkus biskuit (akhirnya
sebungkus dihabiskan Titan hahahaha). Nah, sambil nyemplung si bungkusan
biskuit yang udah dibolongin dikit itu kami pencet dikit-dikit biar isinya
keluar daaaan ikan-ikan langsung menyambar. Tukang foto langsung deh jeprat
jepret. Looooveeee iiiit!!! I really love the blue of Indonesia.
![]() |
Playing with fish. Aslinya dia takut banget. Tapi akhirnya berani juga. Way to go, Son! |
Titan baru pertama snorkeling, jadi dia antara takut sama
excited. Beberapa kali sempat panik walhasil kami berdua sama-sama keselek
buanyak sekali air asin. Astaga…tenggorokan rasanya sampai sakit. Tapi senangnya
bisa dapat foto berdua saat di bawah air.
Pak Thoyib yang juga jadi guide snorkeling
mengajak saya masuk ke perairan dalam. Ternyata di dekat tempat kami snorkeling
berbatasan dengan perairan dalam. Kata Pak Thoyib itu palung. Saya diajak
berenang ke situ. Dari situ saya melihat batas terumbu karang tempat kami
main-main tadi seperti dinding tegak lurus. Di perairan dangkal airnya biru
toska, sementara di tempat saya berenang biru kobalt. Cantiknya luar biasa.
Agak ketar ketir juga mengingat itu perairan dalam. Ah, kalau melihat bgini,
sadar bahwa kami ini keciiiiiiiiil sekali dibandingkan alam semesta ciptaan
Tuhan. Allahu Akbar. Luar biasa.
Kami main-main di air cukup lama sampai terasa muka sudah
panas dan pedih sekali. Sunblocknya nggak sanggup melawan air asin dan matahari
yang garang banget. Mau nimpa sunblock lagi rasanya sudah malas. Untuk pindah
lokasi snorkeling juga sudah malas, terlebih Titan udah mulai kecapean. Menjelang
tengah hari saat air mulai surut kami naik ke perahu dan kembali ke pulau untuk
tukar pakaian dan makan siang.
Menu makan siang kami ada ikan bakar (ikan goropa/kerapu),
sambal, sawi rebus, kerupuk, dan bakwan. Semuanya licin tandas. Titan yang
biasanya picky aja makan dengan lahap sampe rebutan hahaha. Satu-satunya yang
enggak dia sentuh adalah sambalnya. Nikmatnya makan siang di tepi pantai.
Puas makan kami bersiap kembali ke Manado. Lelah juga
rasanya. Di perjalanan Titan malah sempat tidur di perahu saking ngantuknya.
Sampai di manado kami langsung ke hotel, mandi dan langsung istirahat.
Menjelang sore niatnya mau lari sore-sore (menuntaskan utang
lari 8K Pulang kampung Run yang belum dimulai sama sekali). Jam 5 sore kami
turun dan sore itu mendung luar biasa. Benar saja, baru lari 2.3K hujan
tiba-tiba turun dengan lebatnya. Tunggang langgang lah kami mencari tempat
berteduh. Mana basah kuyup oleh keringat juga hujan. Akhirnya pakai taksi
online kami balik ke hotel, tukar pakaian dan langsung ke luar lagi cari bubur
tinutuan.
Niat mau makan di Wakeke ternyata tutup, akhirnya kami ke Rumah Kopi
K8 (dulu juga pernah kami datangi) dan makan bubur tinutuan di sana. Titan
enggak mau makan bubur jadinya makan mie cakalang. Saya sempat mencicip mie
cakalangnya dia. Rasanya enak. Kuahnya gurih dengan taburan suwiran ikan
cakalang. Akhirnya kenyang juga ini perut, tinggal balik ke hotel dan tiduur.
![]() |
Capatu putus tepung ini adalah pisang goreng! |
Day#3
Semalam Titan muntah-muntah. Sepertinya masuk angin karena
kelamaan di air kemarin. Jadi tengah malam dia muntah dan diare. Jadinya tidur
kami agak kacau. Subuh-subuh dia terbangun lagi karena sakit perut. Akhirnya
pagi-pagi Titan dipaksa sarapan makanan yang plain tanpa saus apapun. sarapan berjalan cukup lancar. Titan bisa makan cukup banyak. Paling enggak perutnya terasa lebih enak mengingat seharian ini kami akan berada di luar.
Hari ini berencana ke Tomohon. Jam 8 sudah dijemput oleh
driver kami. Kami sempatkan mampir apotik dulu buat beli obat dan minyak kayu
putih. Beberapa kali kami terpaksa berhenti di jalan karena Titan sakit perut
dan mual. Agak kuatir juga. Untunglah setelah di Tomohon sakitnya mereda dan
dia bisa segar lagi.
Perhentian pertama adalah Pasar Beriman. Pasar ini adalah
pasar tradisional di Tomohon. Yang membuat pasar ini jadi unik karena adanya
bagian yang khusus menjual beberapa jenis daging yang enggak biasa. Nah, ke
sinilah kami menuju. Lokasinya persis di tengah pasar. Begitu tiba di bagian
makanan ekstrim pemandangan sadis langsung terhampar. Aneka hewan yang bukan
makanan biasa ada di sini: Babi (ini kedua kalinya saya lihat babi langsung di
pasar tradisional. Yang pertama saya lihat di Jayapura), anjing, ular,
kelelawar, kucing, tikus, dan monyet (untung saat kami ke sana tiga binatang
terakhir enggak kami lihat). Jujur saat melihat di situ rasanya campur aduk
antara mual, penasaran, ngeri (abisan darah di mana-mana), enggak enak deh.
Tapi, rasa penasaran menang sampai akhirnya berani masuk ke dalam. Enggak
lama-lama sih, soalnya serem dan baunya enggak tahan.
![]() |
Pasar Beriman |
![]() |
Ikan nike |
Dari sana kami menuju ke Desa Rurukan. Lokasinya mirip kayak
Lembang. Konon katanya tempat ini ya pusatnya bunga di Tomohon. Tapi sayangnya
ke sana kami enggak nemu bunga. Kami sempat naik ke Puncak Rurukan yang
posisinya nyempil melewati pemakaman kecil. Pemandangan dari sana emang cantik.
360 view lah.
Dari sana kami ke Gardenia Country Inn. Tamannya keren,
restonya juga keren. Tapi sayang banget servicenya payah. Karena saat itu belum
masuk waktu makan siang, kami mesan camilan: Pisang goreng (agaknya makanan ini
jadi favorit kami selama di sana), dan onde-onde (di Manado, yang namanya
onde-onde ini adalah kelepon). Untuk memesan itu saja kami harus menunggu 1
jam. Dan setelah kami berkali-kali protes baru makanannya keluar. Minum yang
kami pesan juga salah semua. Saya pesan jasmine tea yang dihidangkan entah teh
apa. Mesan kopi biasa yang dihidangkan irish coffee *tepokjidat. Untungnya
suasana di sana keren jadi masih sedikit terobati. Tapi kalau untuk makan
enggak rekomended deh.
![]() |
Ini yang namanya onde-onde |
Dari Rurukan kami menuju Tondano untuk makan siang.
Rencananya kami mau makan siang di rumah makan di atas Danau Tondano (saya lupa nama tempatnya apa, tapi bukan Timou Tou). Nah,
tempatnya asik dan makanannya lumayan juga. Kami mesan gurame bakar, terong
saus telur, sayur daun ubi, ikan nike goreng (ikan nike ini adalah ikan khas
dari Danau Tondano), dan goropa asam manis. Antara lapar dan rakus memang tipis
sih bedanya hahaha.
Nah, urusan makan ini, di sini agaknya kalau mesan emang
kudu pakai lama. Jadi, kami menunggu makanan sampe sekitar 1 jam sampai lapar
ini rasanya astagaaa. Untunglah rasanya worthed, suasananya juga enak, jadi ya
lumayan juga.
Danau Tondano adalah salah satu danau vulkanik. Danau seluas
sekitar 4.200 Ha ini merupakan danau terluas di Sulawesi Utara. Danau Tondano
menjadi habitat bagi sejumlah ikan tawar: mujair, gabus, dan ikan nike. Ikan
nike ini adalah ikan kecil-kecil seperti ikan teri. Biasanya saya temukan
dimasak dalam bentuk perkedel atau rempeyek. Rasanya? Enak banget!
Kalau berdasarkan legenda begini (ini saya ambil dari https://www.pegipegi.com/travel/danau-tondano-tempat-wisata-andalan-sulawesi-utara/):
Dulu, kawasan Tondano memiliki dua gunung berapi yang
menjulang tinggi ketimbang gunung-gunung lainnya. Kedua gunung itu memisahkan
kawasan Tondano utara dan selatan. Masing-masing memiliki penguasa sendiri, di
kawasan selatan dikuasai oleh seorang Tonaas (sebutan untuk penguasa di sana)
yang memiliki putra tunggal bernama Maharimbow. Sedangkan, di kawasan utara
dikuasai oleh seorang Tonaas yang memiliki putri tunggal bernama Marimbow.
Karena cemas akan pewaris tahta, Marimbow diperintahkan untuk berpakaian
seperti laki-laki dan melarangnya menikah sebelum ayahnya meninggal.
Marimbow pun memenuhi permintaan sang ayah dan bersumpah
jika permintaan itu tidak dipenuhi, akan terjadi bencana di wilayah tersebut.
Kemudian, Maharimbow dan Marimbow nggak sengaja bertemu. Maharimbow sangat
terkesan pada Marimbow meskipun Marimbow mengenakan pakaian seperti laki-laki.
Karena rasa ingin tahu yang besar, Maharimbow pun mencari tahu tentang
Marimbow. Di pertemuan berikutnya mereka bertengkar, sekaligus saling jatuh
cinta.
Singkat cerita, mereka memutuskan untuk menikah dan bertekad
untuk mempersatukan kawasan utara dan selatan. Meskipun hubungan keduanya tidak
direstui, namun mereka tetap nekat untuk menikah dan meninggalkan rumah
masing-masing. Keesokan harinya setelah pernikahan mereka, kawasan tersebut
dilanda bencana, yaitu gempa dan gunung meletus. Dari meletusnya gunung berapi,
terbentuklah kawah luas dan lambat laun tergenang air. Hingga tempat tersebut
dinamakan Danau Tandano.
Nah, itu legenda terjadinya Danau Tondano.
Balik lagi ke jaman now!
Dari Tondano kami menuju Danau Linow di daerah Lahendong
(dekat dengan PLTU Lahendong). Danau Linow ini lebih kecil dari Tondano tapi
pemandangannya lebih cantik. Menurut cerita kala siang hari air di danau ini memiliki
3 warna yang berbeda: biru, hijau, dan kecoklatan. Perbedaan warna ini
disebabkan karena kandungan belerang yang tinggi, juga karena pantulan cahaya
matahari (mungkin ada bahan lain atau tumbuhan tertentu yang ada di dasar danau
yang menyebabkan pantulan warna yang berbeda, IMHO). Walau saya enggak bisa
melihat perbedaan warna tersebut saat berkunjung ke sana, saya akui pemandangan
di sekitarnya cantik banget. Rasanya damai melihat danau tenang yang muka
airnya seperti cermin. Rasanya sih enggak pengen buru-buru beranjak. Saat baru
tiba, Titan sempet ngambek karena enggak mau ikut turun. Tapi setelah kita
bujuk-bujuk akhirnya dia bisa juga ikut menikmati sore yang cantik di sini.
![]() |
Anak ngambek jadinya begini deh |
![]() |
Sekarang udah enggak ngambek lagi |
Ohya, untuk masuk ke sini dikenakan biaya Rp25K. Selain
untuk tiket masuk, tiketnya bisa ditukar dengan segelas kopi susu atau teh
susu. Walau rasa kopi susunya menurut saya nanggung, tapi ya cukup sedap untuk
menemani duduk-duduk di tepi danau.
Menjelang senja kami bergerak kembali ke arah Manado. Di
Minahasa, tepatnya di Desa Lotta, kami diajak berbelok ke makam Tuanku Imam
Bonjol. Tuanku Imam Bonjol yang berasal dari Sumatera barat ditawan, wafat, dan dimakamkan di sini. Dari tempat
parkir kami lihat bangunan utama makam yang berwarna putih dengan atap khas
Minangkabau. Bagian makam di dalam dikelilingi rantai. Di dinding samping makam
ada lukisan Tuanku Imam Bonjol. Menurut driver kami, di sini sering digunakan
untuk doa bersama (di bagian belakang makam memang ada tempat seperti aula
kecil yang cukup luas). Kami juga turun ke mushala yang dulu katanya digunakan
untuk beliau bersembahyang. Mushala ini berjarak sekitar 100 m di bawah bagunan
utama tepat di samping sungai kecil. Di sebelah bangunan mushala inilah
terletak batu besar yang konon digunakan sebagai tempat Tuanku Imam Bonjol
untuk sembahyang. Kami juga akhirnya shalat Zuhur dan Ashar di mushalla itu.
Alhamdulillah.
Dari sana barulah kami kembali ke hotel. Makan malam kami
jalan ke arah pantai dan makan di Tuna House. Lelah hari ini cukup terbayar
oleh suasana yang menyenangkan dan malam yang manis.
Day#4
Hari terakhir di Manado. Sore nanti kami sudah harus terbang
kembali ke Jakarta. Pagi-pagi kami sudah bangun dan langsung menuju pantai.
Saya masih punya utang lari 6K lagi. Akhirnya bisa juga lari pagi sepanjang
jalur pantai. Titik finish saya adalah Jembatan Sukarno. Tujuan utama berfoto di sini setelah lari. Jadi lumayan
juga pagi ini bisa submit utang lari sebanyak 4.5K. Panasnya enggak tertahan,
tapi terbayar oleh pemandangan cantik ke arah Gunung Lokon dan pantai yang
cantik.
![]() |
#pulangkampungrun sisanya diberesin di Bandung |
Rencana hari ini hanya mutar-mutar di sekitaran kota sambil
cari oleh-oleh. Tentu saja yang mau kami cari adalah klappertart dan cakalang
fufu. Naik taksi online kami pergi ke Christine. Sudah 2 kali ke sini dan
klappertartnya enak banget terlebih ada yang enggak pakai rhum. Lokasinya
persis di seberang toko oleh-oleh Manado di Jalan AA Maramis.
Dari situ kami menuju Sario untuk beli cakalang fufu.
Cakalang fufu ini adalah ikan cakalang yang sudah diasap, jadi bisa dibawa ke
luar Manado dan diolah jadi makanan lain. Harganya per ekor 75K. Untuk
menghilangkan baunya ikan dibungkus dengan kertas koran, lalu masuk kresek dan
dilakban. Nah, begitu sampe rumah, ini ikan harus langsung masuk kulkas kalau belum mau diolah.
Ada yang lucu, sepanjang jalan sopir taksi online yang kami
tumpangi cerita tentang kuliner ekstrim Manado. Bahwa kuliner ekstrim termahal
adalah kucing dan kalau sudah makan kucing dia enggak boleh masuk rumah sama
istrinya. Kemudian kuliner-kuliner ekstrim ini biasanya dimasak dengan bumbu
rica. Saya mendengarkan omongannya dia sambil mau ketawa campur mual. Rasanya
perut saya diaduk-aduk, mual.
Balik ke hotel kami bersiap untuk dijemput. Driver kami akan
antar kami makan siang dulu. Menu siang ini adalah nasi kuning khas Manado. Saya
penasaran sekali dengan rasanya. Jadi, kami menuju RM Selamat Pagi. Ini adalah
salah satu rumah makan nasi kuning di Jalan Sudirman. Menurut cerita ini salah
satu pembuat nasi kuning tertua di Manado. Sayangnya di sini nasi kuningnya
sudah habis! Haduh lemas. Eh, tapi ternyata masih ada di tempat anaknya
katanya. Rupanya ini usaha turun temurun. Ibunya di bagian depan, dan anaknya
di bagian belakang. Akhirnya kami makan di sana. Sempat menunggu lama karena
dagingnya habis. Tapi kami minta tanpa daging sehingga sepiring nasi kuning
dengan abon ikan cakalang segera terhidang di depan saya. Titan enggak pakai ba
bi bu langsung menandaskan bagiannya. Saya hanya menyisakan sedikit. Rasanya
gurih, enak dengan abon cakalang yang manis gurih dan sambal khas gorontalo
yang pedasnya astaga. Katanya itu menggunakan cabai khusus dari sana. Harga per porsinya sama sekali enggak mahal 12K dengan telur rebus!
Nah,
karena ternyata bisa dibungkus, saya minta dibuatkan 2 bungkus untuk dibawa ke
Bandung. Sempat terjadi drama akibat kehabisan daun moka (daun lontar).
Penjualnya enggak mau bungkuskan kalau enggak dibungkus daun lontar. Katanya itulah
kekhasan nasi kuning Manado. Tapi memang Tuhan baik banget. Daun lontar yang
lagi susah diperoleh itu bisa diperoleh, jadilah saya pulang menenteng 2
bungkus nasi kuning Manado. Alhamdulillah.
Tuntas sudah liburan kami di Manado. Tidak lama memang.
Masih banyak tempat yang bisa dieksplorasi.
Liburan kali ini meninggalkan kesan
yang dalam dan beda. Ada banyak cerita yang terjadi selama liburan, sebagian
besar adalah kenangan dan coretan yang manis. Ada banyak pertanyaan yang belum
terjawab. Ada banyak keraguan yang masih perlu dihapuskan. Mungkin seiring perjalanan
waktu semua akan terjawab juga. Semoga...
#indonesia #wonderfulindonesia #beautifulindonesia
Bayar Pakai Dengan Pulsa AXIS XL TELKOMSEL
ReplyDeleteAnda Dapat Bermain Setiap Hari dan Selalu Menang Bersama Poker Vit
Capsa Susun, Bandar Poker,QQ Online, Adu Q, dan Bandar Q
Situs Situs Tersedia bebebagai jenis Permainan games online lain
Sabung Ayam S1288, CF88, SV388, Sportsbook, Casino Online,
Togel Online, Bola Tangkas Slots Games, Tembak Ikan, Casino
Terima semua BANK Nasional dan Daerah, OVO GOPAY
Whatsapp : 0812-222-2996
POKERVITA