Setelah puas berhasil HM rencana
saya adalah bersiap untuk UM. Saya kebagian sebagai pelari hore terakhir dari
BNI Cimahi ke kampus. Walau pelari hore tapi kan tetep enggak boleh malu-maluin banget ya, jadi niatnya mau latihan lah dikit, biar kayak yang lain. Ternyata takdir berkehendak lain. Entah gimana ceritanya, karena bukan sedang lari, persis 2 minggu sebelum UM, pergelangan kaki saya terkilir parah hingga
bengkak! Stress! Saya pikir seminggu bakal sembuh. Tapi setelah dikompresin es dan dikasih beras kencur pakai daun kiurat (katanya ini bagus), bengkaknya enggak berkurang walau enggak bertambah besar juga. Setelah 48 jam saya bawa
ke salah satu tempat urut yang terkenal, ternyata sendinya dislokasi. Pas diputar dikembalikan ke posisinya rasanya ngilu, sama sakitnya dengan ketika jatuh. Kalau enggak malu mau nangis saya. Selama 3 hari itu saya berjalan dengan susah payah sampai harus dibantu tongkat.
Sampai seminggu bengkaknya cuman
berkurang dikit, tapi sudah mulai bisa jalan dengan sebelah kaki diseret.
Akhirnya saya ke fisioterapi, dan enggak boleh lari! Mau nangis rasanya.
Kompres es, elevate semua saya lakukan supaya bisa segera pulih.
Selasa, 5 hari sebelum race saya
diajak ke tempat urut lain. Bapak ini mantan atlet yang kemudian belajar
rehabilitasi medik ke Filipina. Di sana baru ketauan bahwa sendi saya belum
balik ke normal alias masih belum bener. Pantas masih bengkak. Saya diurut
lagi, sendinya dikembalikan. Sakitnya jangan ditanya. Tapi saya tahan aja, yang
penting sembuh deh. Dan sakitnya terbayar karena setelah itu saya bisa jinjit!
Senang sekali (kalau bisa saya pengen lompat-lompat), kemungkinan besar bisa lari. Tapi tetap masih diwanti wanti.
Saya masih harus kompres es setiap 5 jam dan elevate sebisa mungkin. Sampai 2
hari setelah itu sama sekali dilarang latihan sama sekali kecuali untuk
stretching dan pelemasan.
Hari Kamis, saya mulai coba pakai
sepatu, sudah bisa pakai sneakers walau masih enggak nyaman. Jumat saya coba
pakai sepatu yang akan digunakan untuk lari. Masih kesempitan huhuhu. Alamat
rencana pakai sepatu pink yang match dengan jersey gagal total nih.
Hari H saya sengaja cuti dan ikut
seminar parenting dari sekolah Titan. Nah, selama 3 jam saya duduk dengan kaki
menekuk ternyata bikin kaki saya bengkak lagi. Ya ampun, ini udah tinggal bbrp
jam sebelum start. Pulang seminar saya langsung selonjoran dengan kaki diangkat
dan kompres es lagi. Alhamdulillah, bengkak dan sakitnya berkurang.
Niatnya hari ini akan istirahat, tapi ya itu gagal total lagi. Rencananya start pukul 03 pagi, jadi akan berangkat ke lokasi pukul 01.30 pagi. Tapi ternyata terjadi delay hingga 2 jam dari perkiraan awal. Sambil nunggu rencananya tidur. Tapi ternyata susah. Antara excited, deg deg an, dan kuatir sama si pergelangan kaki jadinya semalaman enggak bisa tidur. Apalagi karena sambil memantau posisi runner yang menuju
WS17.
Jam 01.30 akhirnya menyerah, siap2
aja lah. Ditemani Hadi, saya menuju WS 17 di Cimahi, sebelumnya
jemput teman satu etape dulu (Du, yang dandannya lama banget bikin saya nunggu lebih dari setengah jam di mobil!). Pukul 04 pagi kami sudah standby di WS17. Karena
masih lama, akhirnya saya putuskan kembali ke mobil untuk nyoba tidur. Baru
juga bentar merem ayam di mobil bos wa, rupanya baru masuk WS17, sempat ngobrol sebentar sebelum
beliau lanjut lari ke finish line. Kami masih menunggu pelari WS16 yang katanya
diperkirakan sampai sekitaran 05.30.
Saya coba pemanasan sedikit dan
stretching. Kaki saya mulai ngilu, Bah! Beberapa kali saya buka sepatu untuk
memastikan posisi ankle support yang saya pakai nyaman dan enggak bikin telapak kaki
sakit saat berlari. Cita-cita pakai sepatu yang matching gagal total sudah. Pakai yang enak buat di kaki deh. Saatnya menjajal si sepatu baru.
Sekitaran 5.35 akhirnya Aa Toea dan Rudi datang. Segera kami tukeran gelang tracker waktu relay, dan melapor ke panitia.
Setelah foto-foto bentar, sekitaran 5.40 kami mulai lari.
Ada 3
orang yang nemenin kami pagi ini, Tarto, Hadi, dan Ari TJ2. Tarto dan Ari TJ sebenernya kayaknya udah teler, tapi kami enggak ada yang ngawal. Jadi mereka ngawal juga. Tapi memang ya, rejeki
mah enggak ke mana. Baru saja sebentar tau2 saya disapa
oleh seseorang, haaaa Rifki yang sudah lari di etape awal ikut lari
ngawal kami. Alhamdulillah. Enggak lama muncul lagi sapaan ceria dari Didik yang katanya udah balik trus balik lagi ngawal pakai sepeda. Tarto dan TJ bisa istirahat duluan. Alhamdulillah, senangnya.
Kami lari pelan saja, bener-bener
pace ulat bulu. Sampe KM5 kaki saya masih enak, ngilu sedikit tapi masih bisa
ditahan. Saya coba mengalihkan pikiran saya biar enggak mikirin kaki. Sepanjang
jalan selain disemangati mas yang baik dan ganteng, di kepala saya
bernyanyi-nyanyi Kiss me slowly-nya Parachute. Bukan lagu yang pas buat lari,
but what can I say? Lagu itu membuat saya enggak mikirin ngilu yang pelan-pelan
mulai menjalar di kaki kiri saya. Sampai Pasteur kami masih bisa menikmati
pelarian di pagi yang super ceria ini. Setelah naik fly over (senangnya
cita-cita lari di flyover akhirnya kesampaian) saya berhenti sejenak karena
sakit di telapak kaki mulai tak tertahankan. Mana panas dan jalanan padat banget pula. Namun saya putuskan tetap berlari.
Udah tinggal 2K lagi!
Menjelang belokan Ganesha, tinggal
selangkah masuk finish, kami dicegat oleh rombongan support. Daaaan di tepi jalan di belokan itu kami didandanin pakai baju merak! Astaga, I must be look like clown instead of
merak dancer! Tapi sudahlah, we had fun. Dan kami pun berlari pelan diarak
menuju garis finish. I made it to the finish line, in one piece!
Begitu selesai foto-foto saya langsung buka sepatu, daaaan pergelangan kaki saya bengkak lagi! Hasilnya sepanjang sisa hari itu saya terpaksa menahan sakit. But still, I had a blast!
Hari itu saya ketemu dengan teman-teman lama, termasuk 3 runner GM yang tahun ini baru bergabung. Tahun depan lagi ya.

UM ini memang seru. Bukan hanya
sekedar event lari tapi juga reuni, yang bahkan lebih gila dari reuni apapun.
Bayangkan, pesertanya multi jurusan, multi angkatan, multi komunitas sepakat untuk bertemu sambil bikin
macet jalanan dan berlarian sepanjang Jakarta-Bandung. Siang, malam, subuh,
panas, hujan semua diterabas. Jalan naik, jalan turun, jalan datar semua dijabanin
dengan senang hati. Pesertanya dari yang pelari serius yang biasa nangkring di podium race dengan pace cheetah sampe pelari hore macam
saya yang pacenya macam ulat bulu, dari usia 20-an sampe usia 70-an, dari mahasiswa, mamak-mamak, pekerja kantor, sampe pensiunan ada. Dan semua berlari dengan senyum
lebar!
Pelari yang terdaftar sekitar 3.500
orang, tapi yang terlibat lebih dari itu. Bukan cuman pelari, team support dan
direktur teknis juga enggak kalah heboh. Dari ngurusin pendaftaran sampe
nutrisi sampe siapa lari di mana semua diurus. Dari mulai kostum, siapa nginep
di mana, siapa jemput siapa, siapa anter siapa semua diurusin. Luar biasa.
Jadi, walau event ini bikin semua
yang terlibat kehilangan jam tidur selama rentang event tetep aja bisa bikin
kita senyum lebar dan tertawa lega.
Satu lagi yang keren adalah, bahwa
kami lari sambil ngumpulin dana yang akan disumbangkan bagi kepentingan pendidikan
mahasiswa di ITB. Isn't it cool? We run for a cause.
Keriaan, kebersamaan, kehebohan
inilah yang membuat saya enggan membatalkan keikutsertaan saya sekalipun saya
harus lari sambil menahan sakit. It's worthed!
Last but not least, again thanks a million buat Bu Dirtek Mami Yulie yang sudah urusin kita dari hulu sampe hilir. Enggak ada yang lewat dari pengamatan mami satu ini. Mami Yulie, you're the best! Mamah Pepy and semua team support yang luar biasa all out, Om Rifki, Hadi, Om Didik, Katrin yang udah nemenin kita lari sepanjang Cimahi-Bandung, runners yang kece-kece dan keren-keren thank you membuat hari ini awesome.
2020 Insha Allah I'll be back!
Well, I'm not sure what this is
gonna be,
but with my closed all I see
is the skyline, through the window
the moon above you and the street
below
Hold my breath as you moving in
taste your lips and feel your skin
when the time comes, baby don't
run, just kiss me slowly ...
p.s. Sorry, ini lagu emang enggak
nyambung. Tapi lagu inilah yang bolak balik di kepala saya selama lari dari BNI
Cimahi ke kampus (nyengir lebar).