Tuesday, 1 January 2019

EXPLORING BANYUWANGI LAST PART

...


Day#4-Day#5

Pukul 22 kami dijemput. Perlengkapan perang sudah disiapkan, kami siap berangkat. Jalanan sepi, berkelok dan menanjak. Makin ke atas makin terasa dingin. Satu jam perjalanan, menjelang tengah malam kami sudah tiba di parkiran menuju jalur pendakian. Sambil menunggu gerbang dibuka kami duduk di mobil. Titan sih merem sejak berangkat. Pukul 1 pagi gerbang pendakian sudah dibuka. Setelah antri tiket dan toilet kami siap berangkat. Titan sudah dibungkus kayak lemper: jaket tebal, kupluk, syal, sarung tangan kumplit. Saya sendiri mengenakan 2 jaket tipis, salah satunya wind breaker.



 Awal pendakian masih belum terasa, jalurnya masih agak landai. Nah, begitu lewat 500 meter mulailah tanjakan menggila. Kata pemandu sebelah tanjakan ini sekitar 450 ! Titan mulai mogok, setiap beberapa meter terpaksa kami berhenti. Sempat ngambek karena perutnya sakit, agaknya masuk angin. Untunglah saya bawa peppermint oil, jadi perut, punggung, dada dan leher saya olesi supaya hangat. Alhamdulillah berhasil. Tanjakan demi tanjakan, belokan demi belokan enggak ada habisnya. Para penambang yang berprofesi ganda sebagai porter gerobak buat angkut penumpang ke puncak mulai sibuk membawa beberapa pendaki yang enggak sanggup naik. Gerobak ini dimodifikasi dikasih jok dan rem motor di pegangannya. Saat naik, salah satu penambang menarik gerobak dengan mengikatkan tali di tubuhnya. Sementara 1-2 orang lain mendorong dari belakang. Satu gerobak bisa muat 2 orang dewasa. Trip naik dan turun kalau pakai gerobak tarifnya 800k.



Titan sempat pengen naik, tapi melihat seramnya tanjakan (apalagi turunan) kami mendingan jalan kaki pelan-pelan aja. Udah gitu rasanya juga enggak tega lihat yang narik. Selangkah demi selangkah ditambah dengan bujukan, rayuan, dan ancaman berhasil membawa Titan hingga puncak. Sempat dia mengancam mau turun lagi, saya bilang silahkan turun sendiri karena ibu mau naik sampe atas hahaha. Sorry ya, Tan. Enggak mungkin Ibu tinggalin kamu. Senangnya dia waktu akhirnya pukul 4 pagi kami sampai puncak. 2.5 jam buat anak yang baru kali ini naik gunung definitely not bad at all. You did a great job, Tan. I am so proud of you!!








Di shelter angin berhembus dari segala arah. Dinginnya enggak karuan. Udah segala cara ditempuh sampai akhirnya kami berpelukan sambil selimutan pakai syal. Tetap saja kedinginan. Pukul 5 matahari masih belum muncul. Well, kami enggak berhasil melihat blue fire, tapi enggak apa-apa. We made it here. Pagi ini mendung. Hingga pukul 6 pagi, mentari enggak juga muncul sementara gerimis mulai turun. Kabut di sekitar kawah cukup tebal sehingga kawah juga enggak keliatan. Akhirnya kami putuskan untuk turun saja.

Perjalanan turun lebih ringan tapi melelahkan karena turun enggak ada akhir. Lutut rasanya sakit juga menahan bobot tubuh saat berjalan turun. Jalanan baru kelihatan, jadi baru tahu kalau semalam jalurnya lumayan nanjak hahahaha. Di perjalanan turun dekat pos bundar, ada yang jualan souvenir dari belerang. Kami yang enggak sempat lihat blue fire akhirnya membeli sebongkah kecil mineral belerang untuk dibakar di rumah. Pengen lihat kayak apa sih hahahaha.





Enggak banyak bisa foto-foto karena saya lebih konsen turun sambil menuntun Titan. Alhamdulillah pukul 7 pagi kami tiba di awal jalur pendakian. Not bad at all, kami tiba tanpa cedera apapun. Kami langsung turun ke Banyuwangi.


Tiba di Banyuwangi perut sudah lapar enggak karuan. Kami diajak makan sego tembong Mbok Wah. Agaknya baru buka, karena lauk yang tersedia baru telur dadar dan ikan goreng. Sego tempong ini sejenis sego sambal di Surabaya. Bedanya, sego tempong berisi nasi hangat, lalapan berupa kangkung, bayam dan kol rebus, disiram sambal tomat yang rasanya pedas segar, dilengkapi potongan tempe goreng dan ketimun. Saya menambahkan dadar telur. Rasanya? Jangan ditanya, piring kami licin tandas. Enak bener. Titan sekalipun tanpa sambal juga makan hingga tandas. Dia bilang, love it!


Abis makan kami kembali ke penginapan untuk mandi dan bersiap ke Baluran. Jam 11 siang kami berangkat sambil cari masjid buat Jumatan. Sebelumnya kami sewa kamera dulu. Ya, ini keren, enggak perlu bawa-bawa DSLR, sewa saja. Harganya juga masih masuk akal. Saya sewa canon EOS 1300d dengan lensa kit dan baterai cadangan serta memory card hanya 80K untuk 12 jam. Ada beberapa tempat sewa kamera di Banyuwangi. Tinggal pilih mau jenis kamera apa.
Setelah Jumatan kami menuju Baluran ke arah Situbondo. Nah, kalau kemarin banyak kebun buah naga dan jeruk. Kali ini banyak kebun cabe rawit. Kalau melihat makanan sini yang serba pedas, cabe rawit enggak dipungkiri adalah komoditas penting. Pukul 14 kami tiba di Baluran. Di sini fauna yang banyak ditemukan adalah banteng, rusa, monyet abu-abu, dan merak. Kami sempat melihat merak dan ayam hutan saat menuju savana. Hutan di sini lebih “berantakan” dibandingkan dengan Alas Purwo. Tapi di sini terdapat savanna yang luas dan luar biasa cantik. Jadi, setelah bayar tiket masuk seharga 5K per orang, kami berhenti di Savana Bekol. Padang rumput yang luas ini banyak dihuni rusa dan banteng. Kami hanya sempat bertemu sekelompok rusa yang melintas padang rumput. Sementara habitan bandelnya adalah monyet abu-abu yang gesit sekali mengejar makanan dari pengunjung yang lengah.
Pemandangan di Bekol ini luar biasa cantik, seperti Afrika. Ah, berasa jadi petualang jalan-jalan di sini. Kami puas-puaskan berkeliling sambil menikmati pemandangan dan tentu foto-foto dong.
















Kami juga singgah di Pantai Bama. Pantai ini sangat terlindung, agak tertutup hutan bakau, memiliki pasir putih yang lembut dan ombak yang tenang. Cocok buat santai keluarga. Anak-anak bisa berenang dengan santai.





Enggak lama kami di Bama kami segera keluar menuju Rumah Apung Bangsring. Rumah Apung Bangsring adalah salah satu kawasan kincar makanan milik pengunjung.onservasi yang dikelola oleh Bangsring Underwater. Di sini pengunjung selain wisata juga bisa mendapatkan tambahan pengetahuan. Fasilitasnya sudah lumayan lengkap mulai dari homestay sampai tempat makan. Aktivitas yang bisa dipilih juga lumayan: diving, snorkeling, berenang, naik banana boat atau sekedar jalan-jalan di pasir yang halus. Untuk sampai ke rumah apung harus naik perahu dari dermaga. Tiketnya seharga 7K untuk pulang pergi. Sebenarnya jaraknya gak terlalu jauh, kalau mau bisa ditempuh sambil berenang koq. Di rumah apung kita bisa lihat kajapung yang berisi baby shark, kerapu, juga beragam ikan hias lainnya. 








Titan senang sekali dan mulai merengek ingin berenang. Sayangnya memang karena kuping saya masih sakit dan banyak yang ingin dikunjungi, aktivitas air saya hilangkan dari itinerary. Gara-gara itu Titan protes berat dan enggak mau keluar dermaga. Eh, dilalah ada tukang perahu yang menawarkan putar-putar dengan boat untuk harga 25K. Saya setujui saja. Dan dia bawa kami pakai boat buat ngebut2, Titan mah kesenengan tiada tara dibawa mutar mutar sambil slalom. Finally he agree to leave. Sudah menjelang malam anakku sayang, we should leave back to town dan masih harus ambil laundry (saya ditawari laundry express, lumayan ngurangin cucian bau hahaha), balikin kamera, baru balik ke penginapan. This is definitely long day. We are beat. Rasanya udah enggak kepengen makan. Pengen segera tidur.


Day #6
This is the last day di Banyuwangi. Setelah semalam tidur seperti orang pingsan, pagi-pagi saya mulai packing ulang. Semalam coba packing tapi rasanya masih berantakan. Seperti biasa, pakaian kotor susah diatur sehingga koper jadi gendut. Sarapan pagi saya menghabiskan manga dan buah naga yang dibeli waktu jalan-jalan. Lumayan juga ngenyangin buat nunggu brunch sego tempong (lagi).

Pukul 10 kami dijemput. Selesai check out kami menuju Sego Tempong Mbok Wah. Nah, karena sudah agak siang, lauknya sudah lebih banyak. Jadi saya memilih tambahan ikan goreng dan paru goreng. 4 Porsi sego tempong dengan tambahan lauk plus minum hanya 120K. Kenyang? Banget!!
Dari situ mampir ke Sun Osing, ini salah satu toko oleh-oleh yang jual aneka oleh-oleh khas Banyuwangi, Jember dan sekitarnya. Selain makanan khas seperti bageak (ini kayak kue jahe), bolu kelemben, juga kopi, Banyuwangi memiliki batik dengan beberapa motif khas, seperti gajah oling dan kopi pecah (ini motif kain yang saya kenakan di Kemiren). Saya naksir motif kopi pecah yang warna hitam, sayang enggak saya temukan kainnya, jadi saya beli yang gajah oling aja.

Habis dari Sun Osing saya minta diantar kembali ke Stasiun Karangasem, belum sempat motret dalamnya. Sebentar dari situ kami mampir ke Savana Cake. Ini toko oleh-oleh juga. Makanan khasnya adalah savanna cake, banana cake yang diberi toping. Nama-nama kuenya disesuaikan dengan topingnya mengadopsi keindahan Banyuwangi: Wedi Ireng (cokelat), Blue Fire (peppermint), Java Sunrise (keju), Green Bay (green tea), Red Island (strawberi). Pemiliknya seorang penyanyi dangdut kelahiran Banyuwangi, Fitri Carlina. Rasanya lumayan karena memang saya suka banana cake, walau buat saya ini agak kemanisan.

Kami juga sempat mampir ke Kalilo. Ini sebenarnya bantaran sungai yang dipercantik. Rumah-rumah yang berada di sepanjang sungai dicat warna warni. Sungainya juga relatif bersih. Enggak sebesar yang di Malang, tapi ini cukup menarik dilihat sih.




Finally kami diantar ke Bandara. Di sini saya agak kesal. Pertama karena mineral belerang yang sekuprit itu disita di bandara. Gak boleh dibawa terbang. Yang bikin saya kesel bukan disitanya (ya sudahlah kalau itu aturan), tapi cara petugas yang arogan saat mau bongkar koper. Kedua, bandara ini keren, sayangnya petunjuknya kurang jelas. Saya baru kali ini masuk bandara yang ketika mau shalat harus mutar ke luar gedung lagi. Mushalla tidak terletak di ruang tunggu, tapi berada agak ke bawah di sebelah bangunan utama. Mushalanya juga kurang nyaman. Too bad, padahal bandaranya bagus menurut saya. Tapi sudahlah, kota ini masih bebenah. 



Overall pengalaman kami di sini selama 6 hari menyenangkan. Akses ke lokasi wisata bagus dan mulus, destinasinya cukup lengkap (tinggal ditambah dengan akomodasi makanan yang memadai pasti akan lebih asik), orang-orangnya ramah, dan harganya enggak bikin jantungan.
It’s been the best week ever. Kami lelah sekali tapi perasaan sangat senang. Banyuwangi definitely recommended place to visit.

THE END

Credit: Thanks to Kiki yang udah merelakan liburnya buat nemenin kami muter-muter di Banyuwangi. You are so lucky having such a beautiful home town.

Little recommendation
Kalau mau mengunjungi Desa Kemiren bisa hubungi Mas Eday alias Mas Edy di IG @kangedai. Kalau mau cari mobil buat jalan-jalan muter-muter Banyuwangi dan sekitarnya bisa hubungi Pak Bowo di IG @suhartantowibowo. Untuk penginapan dan tiket saya booking online. Bisa buka beberapa situs booking kalau mau bandingin harganya. Saran: kalau mau jalan-jalan, rencanakan agak jauh biar bisa dapat harga penginapan atau tiket yang agak miring. Saya biasanya booking paling enggak 2 bulan sebelumnya. 

Footage





#exploringindonesia #exploringbanyuwangi #wonderfulindonesia #iloveindonesia #momandson #holiday #ilovetravel 

1 comment:

  1. Bayar Pakai Dengan Pulsa AXIS XL TELKOMSEL

    Anda Dapat Bermain Setiap Hari dan Selalu Menang Bersama Poker Vit
    Capsa Susun, Bandar Poker,QQ Online, Adu Q, dan Bandar Q

    Situs Situs Tersedia bebebagai jenis Permainan games online lain

    Sabung Ayam S1288, CF88, SV388, Sportsbook, Casino Online,
    Togel Online, Bola Tangkas Slots Games, Tembak Ikan, Casino

    Terima semua BANK Nasional dan Daerah, OVO GOPAY

    Whatsapp : 0812-222-2996

    POKERVITA

    ReplyDelete