![]() |
Ini sebagian perbekalan. Janjinya liwet 4 toping. Toping lain disediakan oleh teman-teman. |
Jam 6.20 kami tiba di TKP, Vila Istana Bunga. Telat sih, teman2 dari Jkt malah udah pada sampe duluan. Begitu tiba maka langsung dilakukan pemindahan barang dan kekuasaan: bibit alpukat, dorokdok pesanan, nasi liwet dan topingnya cumi asin masak sereh dan tongkol suwir cabe ijo semua dipindahkan dibagi-bagi biar enggak berat bawanya.
Jam 7-an kami mulai bergerak, karena pagar kompleks yang menuju rute trekking ditutup, kami nekad manjat ke arah kebun. Pagi-pagi udah dapat kejutan hahahaha.
![]() |
Ini jalur bukan jalur resmi. Karena pagarnya ditutup jadi kita menerobos masuk kebun lewat jalan ini. Dinding tanah tapi ketutupan ranting jadi nyangkut-nyangkut dan kudu ditarik dari atas naiknya. |
Dari situ kami jalan memasuki kebun brokoli yang enggak terawat lalu menyusuri jalan setapak menuju ke arah kebun teh.
Tapi ya baru juga jalan 100 meter kali udah nemu tempat cantik buat poto-poto ya sudah kami berhenti dulu lah, masak dilewatkan. Udah gitu jalan lagi dikit terus berenti lagi buat foto-foto, dan seterusnya hahahaha.
![]() |
![]() ![]() |

Dari kebun sayuran kami masuk ke arah kebun teh. Kebun teh Sukawana ini milik PTP VIII. Pas memasuki jalur kebun teh sudah ada petugas tiket. Karena banyak banget akhirnya kami bayar 50rb saja, enggak usah pakai tiket (harga tiketnya 2.500/orang). Di rute perjalanan kami bertemu dengan pekerja kebun teh juga melewati pabrik teh. Di pabrik ini pucuk daun teh yang sudah dipetik ditimbang, disortir dan siap buat dikeringkan kayaknya.
![]() |
Trekker Junior |


Udara pagi ini seger banget, langit biru cerah, pemandangan yang cantik membuat kami berkali-kali berhenti entah sekedar menikmati suasana, atau poto-poto (yang ini pasti laaah). Jalur yang dilalui beragam: jalan tanah kebun, jalan tanah padat, jalan berbatu yang lumayan nanjak.
Enggak terasa dua jam sudah berlalu (dan kayaknya sih baru jalan sekitaran 3K), menurut rencana dalam brosur, ini sudah waktunya gelar tikar. Andi sang pemandu trekking sudah mulai diprotes pemirsah sehingga akhirnya diputuskan gelar tikar di tengah jalan di antara dua barisan pohon teh. Perkiraan sih ini jalur yang enggak dilalui siapa-siapa. Jadilah kami gelar tiker dan buka kastrol. Mulailah semua jadi heboh. Teriakan "bagi nasi dong", "cumi mana cumi", "lidah cabe ijonya mana?" "Bawang goreng mau dong", "ayam goreng siapa yang mau ayam goreng?"... Seru! Bekal kali ini ruarr biasa lengkap: tongkol suwir, paru goreng, sambel lalap, kerupuk, sosis, aneka jajanan pasar, aneka kue. Kumplit plit deh. Demi memastikan 32 orang dapat lidah cabe ijo semua, maka Andi dengan kecermatan luar biasa, sambil masak membagi seorang dapat 3 potong! Dan di antara keriuhan bagi-bagi makanan tiba-tiba ada yang lewat hahahaha.
Puas makan mulai beredar sachet-sachet aneka minuman: jahe susu, kopi, teh tarik gak kalah sama warung deh. Belum lagi isi aneka termos mulai bermunculan: teh panas, teh tarik panas, rebusan sereh ada semua.
Makan di antara kebun teh, pemandangan cantik, udara segar dengan angin sepoi-sepoi sambil sesekali ditimpahi suara motor yang lewat di jalur utama plus ditemani theme song botram: Makan lidah sapi dengan sayur kol, makan cumi asin dengan sayur kol, ... memang nikmat tiada tara.
Kelar makan eh ada insiden misting ilang satu. Dicari ke mana-mana enggak ketemu. Ternyata itu misting didudukin Abdul hahahaha. Abis rapi-rapi (kami turun sambil membawa kresek-kresek berisi sampah) diputuskan bahwa kita akan coba rute yang lain. Jadilah kami masuk ke dalam kebun teh jalan terus, jalan terus, jalan terus, dan tiba-tiba jeng jeng...hutan pinus! Laaah ini mestinya kan kalau sesuai brosur kita makan di sini. Ini mesti diulang artinya hahahahaha.
Rute ditemukan! Kami langsung jalan mengikuti jalur yang turun curam. Mesti hati-hati supaya enggak tikusruk (saya membayangkan itu langsung ngilu banget). Jalur terus menurun tajam hingga menuju ke curug. Ada dua curug di situ, Curug Putri dan Curug Tilu.

Karena Titan enggak mau ke curug akhirnya saya hanya ke Curug Putri yang jaraknya sekitaran 100 meter dari jalur turunan. Hanya penasaran saja lihat ini lalu saya kembali ke tempat Titan nunggu.
Akhirnya, sambil nunggu yang lain kami berempat (saya, Titan, bareng Hadi dan nyonyanya Didik) jalan pelan-pelan menyusuri pinggiran sungai kecil ke arah CIC. Jalurnya cantik. Dipagari dinding tebing kami menyusuri jalan di pinggiran sungai. Beberapa kali ketemu jalur berair karena ternyata banyak rembesan air dari atas dinding tebing, belum lagi banyak pipa air yang bocor (jalur ini adalah jalur pipa air untuk penduduk). Sepanjang perjalanan terasa lengang, sesekali bersapaan dengan orang-orang yang mau pada ke curug. Belakangan saya baru tahu bahwa daerah ini masuk lokasi wisata. Sesungguhnya kami menerobos dari sana dan dari sini hahahaha.



Setelah terpisah dengan team lain, akhirnya kami bergabung di pintu keluar CIC. Dari sini kami jalan kaki lagi sekitaran 500m menuju lokasi parkir mobil. Dan ya salaaam, ternyata gerbangnya tetap enggak dibuka. Walhasil sebagian menerobos bagian bawah pagar sebagian merosot di jalur yang kita panjat pas mau berangkat. Hahaha ini perjalanan memang penuh kejutan.
Total jendral perjalanan dari berangkat sampai pulang katanya sekitar 9K. GPS saya telat dinyalakan, jadi enggak akurat jaraknya. Elevasi pulang menurut GPS naik 45m, turun 145meter.
![]() |
Ini rutenya menurut Om Didik. Total perjalanan sekitar 9K. |
Kalau begini, nikmat mana lagi yang mau didustakan?
Note:
Thanks buat Andi Kendhee dan Paheu Yandi yang udah jadi tour leader walau diprotes gak sesuai brosur mulu, selalu asik koq tapi. Thanks juga buat Yulie, Uttank, Mamun, Andari sumbangan fotonya. Buat 32 penyelusup yang bikin cerita trekking to Sundaland jadi asik ginih.
Jadi, next trip ke mana lagi?
No comments:
Post a Comment