Monday, 4 January 2021

Negeri di Awan di Kawasan Timur Bandung

 

Setelah sehari sebelumnya menyiksa kaki di Jayagiri, pagi berikutnya saya menyiksa kaki di kaki Manglayang. Janjian sama teman-teman SD buat jalan ke dermaga pandang yang terdapat di Batu Kuda, tepat di kaki Manglayang. Jam 5 pagi saya dan Titan sudah nangkring di Cibiru, menunggu teman lain. Enggak lama pada muncul jadi kami langsung lanjut ke rumah salah satu kenalannya Inu buat nitip mobil.

Urusan parkir mobik kelar, kami lanjut perjalanan pakai motor. Sebenernya mobil kalau berani nyetirnya bisa naik sampai parkiran. Tapi ketimbang kusut mendingan pakai motor aja. Berboncengan 3 motor (Ani yang lagi ultah bawa motor sendiri, saya dibonceng Aris, Titan dibonceng Inu, plus satu anak buahnya Inu) kami naik ke atas. Jalurnya berkelok kelok dan relatif sempit, untung enggak nekad nyetir ke sini.

15 menit perjalanan kami tiba di parkir Wana Wisata Batu Kuda. Masih sepi dan masih gelap. Baru juga jam 6 pagi hahaha. Di atas ada beberapa kemah, suasana hening dan dingin.


Setelah beli tiket (10k/orang, dibeliin Inu hahaha), kami mulai naik ke arah gardu pandang. Di bawah kami melewati hutan pinus. Jalannya menanjak terus. Lumayan juga ini otot paha rasanya terbakar. Abis nanjak-nanjak kemarin, pagi ini jaraknya enggak terlalu jauh, paling antara 1-1,5K dari  tempat parkir tapi terjalnya ampun.

Kami sempat berhenti di beberapa titik, sembari meredakan detak jantung dan napas yang tersenggal. Makin ke atas terlihat pemandangan di bawah makin cantik. Makin semangat buat nyampe ke gardu pandang di atas sana.










Dengan terseok seok akhirnya kami sampe juga, lumayan 30 menitan lah jalan ke atas.  Dan sampe atas memang pemandangannya absolutely breath taking. Negeri di atas awan. Kabut bergelayut manja di atas hamparan bukit dan gunung yang mengelilingi Bandung. Angin bertiup, dingin. Hening dan damai. Sementara matahari masih malu-malu menampakkan dirinya (padahal sudah terbit).


Sembari menunggu kabut terangkat kami sarapan. Inu all out membawa bekal: pizza, zuppa sup, kopi. Semua masih hangat dan mengepul ngepul.




Agak lama kami di atas, enggak puas rasanya memandang keindahan dari kejauhan. Melihat kabut terangkat dari arah Kamojang, melihat Papandayan, melihat timur kota Bandung dari kejauhan. Indah luar biasa.












Pukul 8 kami turun ke arah hutan pinus. Di sana kami bongkar peralatan. Lengkap, tenda, terpal, sampe hammock ada. Makanannya dari ikan asin, sambal, bawang goreng, ikan tongkol, sampai lalap ada. Liwet tinggal dipesan dari si ibu warung.










Sambil ngobrol cerita segala macam (eniwei, kami baru kumpul dan jalan2 begini setelah 34 tahun berlalu. Dulu kami berteman masih anak-anak piyik sekarang sudah beranak pinak. Lucunya enggak ada canggung-canggungnya, just like an old friend should be. Sementara si Titan sudah bahagia mengakuisisi hammock seharian.



Menjelang jam 11 liwet datang. Pas sudah lapar langsung kami sikat. Nikmatnya makan liwet panas dengan ikan asin. Abis makan masih lanjut ngobrol-ngobrol (pakai acara pindah tempat karena puanasnya sudah menyengat). Jelang jam 12 siang baru kami turun kembali ke parkiran dan langsung ke lokasi parkir mobil.

Thanks, guys. Ini menyenangkan sekali. Its been fun, kalau kata Titan mah.

 

Wana Wisata Batu Kuda ini berada di kawasan Ujung Berung. Akses masuknya berada di Desa Cibiru Wetan tepatnya di Jalan Sadang (sekitar 200m dari Tugu Batas Kota). Dari sana kendaraan roda empat masih bisa lewat hingga ke parkiran Wana Wisata Batu Kuda. Di sana pengunjung bisa kemping atau sekedar berjalan-jalan. Fasilitas kemping ada toilet yang cukup bersih tapi gelap banget (entah enggak ada lampunya entah karena itu siang jadi enggak dinyalain tapi di dalamnya gelap gulita jadinya). Untuk makan bisa bawa kompor gas portabel dan perlengakapan masak portabel atau pesan nasi liwet di warung di lokasi parkir. Untuk mendaki sampai puncak dibutuhkan waktu sekitar 2,5 jam-4 jam tergantung kecepatan dan kekuatan hahaha.





No comments:

Post a Comment